LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN DI BALI
JUMAT, 02 DESEMBER 2016
Oleh:
DYAH FATIKA SARI
J0B015014
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan salah satu bentuk kegiatan yang memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat secara nyata (real) yang mungkin belum atau bahkan tidak ditemukan di dunia kampus. KKL dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi dalam upayanya meningkatkan Misi dan Bobot pendidikan bagi mahasiswa nya. Kuliah Kerja Lapangan ditujukan dengan maksud untuk meningkatkan relevansi Pendidikan Tinggi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan didasari dengan iman dan taqwa guna melaksanakan pembangunan yang tumbuh dan berkembang dengan pesat dewasa ini.
Bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto kegiatan KKL ini harus dirasakan sebagai pengalaman belajar yang benar-benar baru yang tidak diperoleh di dalam kampus, sehingga selesainya KKL mahasiswa akan memiliki wawasan guna bekal hidup dan bersosialisasi di tengah masyarakat pada saat melaksanakan pengabdian kepada Bangsa dan Negara dikemudian hari. Karena peningkatan kompetensi program studi D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman adalah penerjemahan dan pariwisata, sehingga kegiatan KKL mengambil obyek instansi pemerintahan dan pendidikan yakni Dinas Pariwisata, Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar, STIBA Denpasar, CHIS Denpasar. Oleh karena itu, dengan diselenggarakannya kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah sebelumnya serta dapat mengaplikasikannya ke dalam dunia kerja yang akan berguna dikemudian hari.
1.2 Rumusan Kegiatan
1. Bagaimana rangkaian kegiatan kunjungan di Kantor Imigrasi Kelas 1 Denpasar, Dinas Pariwisata Provinsi Bali, STIBA Denpasar, CHIS Bali
2. Bagaimana keadaan kegiatan belajar mengajar di STIBA Saraswati Denpasar dan CHIS Bali
3. Bagaimana keadaan wisata di Tanah Lot, Bedugul, Tanjung Benoa, Pantai Danur, Alas Kedaton
4. Bagaimana aktivitas belanja di pusat oleh –oleh Krisna dan Joger
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Membekali pengetahuan mahasiswa sebelum melakukan praktek kerja lapangan
2. Menambah wawasan dan pengalaman yang lebih luas tentang dunia kerja sesuai dengan bidangnya
3. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dalam dunia kerja
1.4 Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan kuliah kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan khususnya di Dinas Pariwisata Bali, Kantor Imigrasi Kelas 1 Bali, STIBA Saraswati, dan CHIS Bali. Selain itu mahasiswa juga mendapatkan pengalaman kerja yang bermanfaat jika kelak terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa juga di tuntut untuk mampu secara cepat menyesuaikan diri dengan keberadaan instansi, memahami tugas-tugas yang di berikan serta mampu mengambil keputusan secara tepat. Untuk itu di butuhkan kepercayaan diri dan keterampilan dalam mengolah perintah dan menjalankannya. Dengan mengikuti KKL ini mahasiswa dapat terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan penerjemahan di perusahaan atau instansi.
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan
Kuliah Kerja Lapangan dilakukan pada tanggal 2 – 7 Desember 2016 di Dinas Pariwisata. Dibawah ini adalah uraian kegiatan selama Kuliah Kerja Lapangan.
Tanggal
|
Waktu
|
Kegiatan
|
2 Desember 2016
|
22.00 – 23.00
|
Persiapan pemberangkatan
|
|
23.00
|
Pemberangkatan dari Purwokerto menuju Bali
|
|
23.00 – 05.00
|
Perjalanan Purwokerto ke Jawa Timur
|
3 Desember 2016
|
05.00 – 07.30
|
Transit sholat shubuh dan sarapan
|
|
07.30- 14.30
|
Melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi
|
|
14.30 – 16.00
|
ISHOMA
|
|
16.00 – 19.00
|
Melanjutkan perjalanan
|
|
19.00 – 19.30
|
Makan malam
|
|
19.30 – 23.00
|
Melanjutkan perjalanan menuju ke pelabuhan Ketapang
|
|
23.00 – 00.00
|
Menyebrang menuju pelabuhan Gili Manuk
|
4 Desember 2016
|
00.00 – 03.00
|
Menuju Tanah Lot
|
|
03.00 – 09.00
|
ISHOMA dan berwisata di Tanah Lot
|
|
09.00 – 10.00
|
Berwisata di Alas Kedaton
|
|
10.00 – 11.30
|
Menuju Bedugul
|
|
11.30 – 13.00
|
Berwisata di Bedugul
|
|
13.00 – 13.30
|
Makan siang
|
|
13.30 – 16.00
|
Belanja di Joger
|
|
16.00 - 18.30
|
Belanja di Krisna
|
|
18.30
|
Menuju hotel AL-Khifa
|
|
19.00 – 20.00
|
Makan malam di hotel
|
|
20.00 – 05.00
|
Istirahat
|
5 Desember 2016
|
07.00
|
Sarapan pagi
|
|
07.30 – 10.00
|
Kunjungan di Dinas Pariwisata Bali
|
|
10.00 – 11.30
|
Kunjungan di Kantor Imigrasi Kelas 1 Denpasar
|
|
11.30 – 12.30
|
Makan siang
|
|
12.30 – 02.30
|
Kunjungan di STIBA Saraswati Denpasar
|
|
02.30
|
Menuju Pantai Sanur
|
|
15.00 – 16.30
|
Berwisata di Pantai Sanur
|
|
16.30 – 17.30
|
Menuju ke hotel
|
|
17.30 – 20.00
|
ISHOMA
|
|
20.00 – 04.00
|
Istirahat
|
|
07.00
|
Sarapan pagi
|
|
08.30 – 11.30
|
Kunjungan di CHIS Denpasar
|
|
11.30 – 12.30
|
ISHOMA
|
|
12.30 – 14.30
|
Berwisata di Tanjung Benoa
|
|
14.30 – 20.00
|
Menuju pelabuhan Gili Manuk
|
|
20.00 -21.00
|
Menyebrang menuju Pelabuhan Ketapang
|
|
21.30
|
Makan malam
|
|
22.00 – 06.00
|
Menuju ke Jawa Timur
|
|
06.00 – 07.30
|
Sarapan pagi dan mandi
|
|
08.00 – 18.00
|
Menuju perjalan pulang ke Purwokerto
|
| | | |
BAB II
ISI
2.1. Dinas Pariwisata Bali
2.1.2 Sejarah Dinas Pariwisata Bali
Dalam tantangan Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan Indonesia Bagian Tengah, bagi Daerah Bali sektor kepariwisataan merupakan penghasilan utama setelah pertanian.
Untuk menangani kepariwisataan, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor : 22.a/Pemb32/I/a/70, Membentuk Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Bali. Untuk memperkuat dasar pembentukan Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Bali, dibuatkan Peraturan Daerah, Propinsi Daerah Tingkat I Bali tanggal 10 Agustus 1971, Nomor : 2/PD/DPRGR/1971. Namun Peraturan Daerah tersebut belum mendapatkan Pengesahan oleh Pejabat yang berwenang berhubung urusan kepariwisataan belum diserahkan kepada daerah.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 24 tahun 1979, oleh Pemerintah telah diserahkan 12 (dua belas) urusan kepariwisataan kepada Daerah Tingkat I Bali.
Berhubung dengan hal tersebut di atas dan sesuai dengan pasal 9 Undang – undang Nomor : 5 Tahun 1974, sejalan dengan perkembangan pembangunan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Bali, maka diterbitkan Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor : 04 tahun 1982, tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Peraturan Daerah ini berdasarkan atas keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 20 Desember 1984, Nomor : 061.161 – 1034 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor : 1, seri D, tanggal 29 Desember 1984.
Untuk menyesuaikan dengan keadaan, kemudian Peraturan Daerah tersebut diganti, dengan Peraturan Daerah Nomor : 03 tahun 1994 dan disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan keputusan Nomor : 123 tahun 1995, tanggal 13 Oktober 1993.
Selama kurun waktu kurang lebih 28 tahun berdirinya Dinas Pariwisata Provinsi Bali telah mengalami dua belas kali periode kepemimpinan.
1. G.P. Riyasa ( 1 April 1970 s/d 9 Agustus 1974 ), selama 4 tahun 4 bulan.
2. I Gst.Pt.Merta Pastima ( 9 Agustus s/d 16 September 1980 ), selama 6 tahun 1 bulan.
3. Drs. I Gusti Ngurah Ketu ( 16 September 1980 s/d 1 Maret 1984 ), selama 3 tahun 6 bulan.
4. Tjokorda Oka Pemayun ( 1 Maret 1984 s/d 1 Juni 1990 ), selama 6 tahun 3 bulan.
5. A.A. Gede Putra, SH ( 1 Juni 1990 s/d 21 Desember 1993 ), selama 3 tahun 6 bulan.
6. Drs.I Gusti Ketut Gede Darsika ( 21 Desember 1993 s/d 31 Juli 1996 ) selama 3 tahun, 7 bulan.
7. N. Sugiri, SH ( 31 Juli 1996 s/d 5 Agustus 1999 ), selama 3 tahun.
8. I Gusti Agung Mega, SH ( 5 Agustus 1999 s/d 28 Mei 2001 ), selama 1 tahun 9 bulan.
9. Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana., M.Sc ( 29 Mei 2001 s/d 30 Januari 2004 ), selama 2 tahun 8 bulan.
10. Drs. Gede Nurjaya, MM ( 30 Januari 2004 s/d 1 April 2009 ), selama 4 tahun 3 bulan.
11. Drs. Ida Bagus Kade Subhiksu, MM ( 1 April 2009 s/d 17 Juni 2014 ), selama kurang lebih 5 tahun.
12. Anak Agung Gede Yuniartha Putra, SH.MH ( 17 Juni 2014 s/d sekarang ).
Demikian pula dengan lokasi Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali mengalami 2 perubahan :
1. Di Jalan Kemoning No. 2 Denpasar, mulai dari tanggal 1 April 1970 s/d 12 Desember 1982.
2. Di jalan S. Parman Niti Mandala Renon – Denpasar, mulai dari tanggal 13 Desember 1982 s/d sekarang.
Demikian sejarah Dinas Pariwisata Provinsi Bali yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga Daerah di bidang Pariwisata.
Latar Belakang
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor : 22.a/Pemb32/I/a/70, Membentuk Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Bali. Untuk memperkuat dasar pembentukan Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Bali, dibuatkan Peraturan Daerah, Propinsi Daerah Tingkat I Bali tanggal 10 Agustus 1971, Nomor : 2/PD/DPRGR/1971.
Namun Peraturan Daerah tersebut belum mendapatkan Pengesahan oleh Pejabat yang berwenang berhubung urusan kepariwisataan belum diserahkan kepada daerah.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 24 tahun 1979, oleh Pemerintah telah diserahkan 12 (dua belas) urusan kepariwisataan kepada Daerah Tingkat I Bali.
Berhubung dengan hal tersebut di atas dan sesuai dengan pasal 9 Undang – undang Nomor : 5 Tahun 1974, sejalan dengan perkembangan pembangunan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Bali, maka diterbitkan Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor : 04 tahun 1982, tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Peraturan Daerah ini berdasarkan atas keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 20 Desember 1984, Nomor : 061.161 – 1034 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor : 1, seri D, tanggal 29 Desember 1984.
Untuk menyesuaikan dengan keadaan, kemudian Peraturan Daerah tersebut diganti, dengan Peraturan Daerah Nomor : 03 tahun 1994 dan disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan keputusan Nomor : 123 tahun 1995, tanggal 13 Oktober 1993.
2.1.2 Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya Pariwisata budaya yang berkualitas, berkelanjutan, dan mempunyai daya saing, berdasarkan “Tri Hita Karana”.
Misi
1. Terwujudnya Pariwisata Budaya yang berbasis kerakyatan.
2. Terwujudnya Profesionalisme pengelolaan kepariwisataan.
3. Terwujudnya Pelayanan yang baik di bidang kepariwisataan
2.2. Gambaran Umum Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar
2.2.1 Sejarah
Zaman Penjajahan
Kekayaan sumber daya alam, khususnya sebagai penghasil komoditas perkebunan yang diperdagangkan di pasar dunia, menjadikan wilayah Indonesia yang sebagian besar dikuasai oleh Hindia Belanda menarik berbagai negara asing untuk turut serta mengembangkan bisnis perdagangan komoditas perkebunan. Untuk mengatur arus kedatangan warga asing ke wilayah Hindia Belanda, pemerintah kolonial pada tahun 1913 membentuk kantor Sekretaris Komisi Imigrasi dan karena tugas dan fungsinya terus berkembang, pada tahun 1921 kantor sekretaris komisi imigrasi diubah menjadi immigratie dients (dinas imigrasi).
Dinas imigrasi pada masa pemerintahan penjajahan Hindia Belanda ini berada di bawah Direktur Yustisi, yang dalam susunan organisasinya terlihat pembentukan afdeling-afdeling seperti afdeling visa dan afdeling (bagian) lain-lain yang diperlukan. Corps ambtenaar immigratie diperluas. Tenaga-tenaga berpengalaman serta berpendidikan tinggi dipekerjakan di pusat. Tidak sedikit di antaranya adalah tenaga-tenaga kiriman dari negeri Belanda (uitgezonden krachten). Semua posisi kunci jawatan imigrasi berada di tangan para pejabat Belanda.
Kebijakan keimigrasian yang ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah politik pintu terbuka (opendeur politiek). Melalui kebijakan ini, pemerintah Hindia Belanda membuka seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk, tinggal, dan menjadi warga Hindia Belanda. Maksud utama dari diterapkannya kebijakan imigrasi “pintu terbuka” adalah memperoleh sekutu dan investor dari berbagai negara dalam rangka mengembangkan ekspor komoditas perkebunan di wilayah Hindia Belanda. Selain itu, keberadaan warga asing juga dapat dimanfaatkan untuk bersama-sama mengeksploitasi dan menekan penduduk pribumi.
Walaupun terus berkembang (penambahan kantor dinas imigrasi di berbagai daerah), namun struktur organisasi dinas imigrasi pemerintah Hindia Belanda relatif sederhana. Hal ini diduga berkaitan dengan masih relatif sedikitnya lalu lintas kedatangan dan keberangkatan dari dan/atau keluar negeri pada saat itu. Bidang keimigrasian yang ditangani semasa pemerintahan Hindia Belanda hanya 3 (tiga), yaitu: (a) bidang perizinan masuk dan tinggal orang; (b) bidang kependudukan orang asing; dan (c) bidang kewarganegaraan. Untuk mengatur ketiga bidang tersebut, peraturan pemerintah yang digunakan adalah Toelatings Besluit (1916); Toelatings Ordonnantie (1917); dan Paspor Regelings (1918).
Era Revolusi Kemerdekaan
Era kolonialisasi Hindia Belanda mulai berakhir bersamaan dengan masuknya Jepang ke wilayah Indonesia pada tahun 1942. Namun pada masa pendudukan Jepang hampir tidak ada perubahan yang mendasar dalam peraturan keimigrasian. Dengan kata lain, selama pendudukan Jepang, produk hukum keimigrasian Hindia Belanda masih digunakan. Eksistensi pentingnya peraturan keimigrasian mencapai momentumnya pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945.
Ada 4 (empat) peristiwa penting pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang terkait dengan keimigrasian, yaitu : (1) Repatriasi APWI dan serdadu Jepang; dalam peristiwa ini ditandai dengan pengangkutan ex APWI dan pelucutan serta pengangkutan serdadu Jepang di Jawa Tengah khususnya, di pulau Jawa dan Indonesia umumnya yang ditangani oleh Panitia Oeroesan Pengangkoetan Djepang (POPDA); (2) Kegiatan barter, pembelian senjata dan pesawat terbang; pada masa Revolusi Kemerdekaan para pejuang sering bepergian ke luar negeri, misal masuk ke Singapore dan Malaysia, masih tanpa paspor; (3) Perjuangan Diplomasi; diawali dengan penyelenggaraan Inter Asian Conference di New Delhi. Dalam kesempatan itu Kementerian Luar Negeri Indonesia akhirnya berhasil mengeluarkan “Surat Keterangan dianggap sebagai paspor” sebagai dokumen perjalanan antar negara yang pertama setelah kemerdekaan bagi misi pemerintah Indonesia yang sah dalam konferensi tersebut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh H. Agus Salim ikut memperkenalkan “Paspor Diplomatik” pemerintah Indonesia kepada dunia Internasional; dan (4) Keimigrasian di Aceh; Aceh sebagai satu-satunya wilayah Indonesia yang tidak pernah diduduki Belanda, sejak tahun 1945 telah mendirikan kantor imigrasi di lima kota dan terus beroperasi selama masa revolusi kemerdekaan. Pendirian kantor imigrasi di Aceh sejak tahun 1945 adalah oleh Amirudin. Peristiwa cukup penting pada masa ini, Jawatan Imigrasi yang sejak semula di bawah Departemen Kehakiman, pada tahun 1947 pernah beralih menjadi di bawah kekuasaan Departemen Luar Negeri.
Selain itu, untuk mengatasi kevakuman hukum, peraturan perundang-undangan keimigrasian produk pemerintah Hindia Belanda harus dicabut dan digantikan dengan produk hukum yang selaras dengan jiwa kemerdekaan. Selama masa revolusi kemerdekaan ada dua produk hukum Hindia Belanda yang terkait dengan keimigrasian dicabut, yaitu (a) Toelatings Besluit (1916) diubah menjadi Penetapan Ijin Masuk (PIM) yang dimasukkan dalam Lembaran Negara Nomor 330 Tahun 1949, dan (b) Toelatings Ordonnantie (1917) diubah menjadi Ordonansi Ijin Masuk (OIM) dalam Lembaran Negara Nomor 331 Tahun 1949. Selama masa revolusi kemerdekaan lembaga keimigrasian masih menggunakan struktur organisasi dan tata kerja dinas imigrasi (Immigratie Dients) peninggalan Hindia Belanda.
Era Republik Indonesia Serikat
Era Republik Indonesia Serikat merupakan momen puncak dari sejarah panjang perjalanan pembentukan lembaga keimigrasian di Indonesia. Di era inilah dinas imigrasi produk Hindia Belanda diserahterimakan kepada pemerintah Indonesia pada tanggal 26 Januari 1950. Struktur organisasi dan tata kerja serta beberapa produk hukum pemerintah Hindia Belanda terkait keimigrasian masih dipergunakan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan bangsa Indonesia. Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama kalinya dipegang oleh putra pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur organisasi jawatan imigrasi meneruskan struktur immigratie dients yang lama, sedangkan susunan jawatan imigrasi masih seder hana dan berada dalam koordinasi Menteri Kehakiman, baik operasional-taktis, administratif, maupun organisatoris.
Pada permulaan tahun 1950, sebagai bangsa yang baru merdeka dan masih dalam suasana pergolakan, tentunya sarana dan prasarana penunjang jawatan imigrasi pada saat itu masih sangat terbatas dan sederhana. Kesulitan yang dirasakan sangat mendasar adalah masih sangat sedikitnya putra pribumi yang memahami tugas dan fungsi keimigrasian. Untuk itu, sebagai bagian dari periode transisi, jawatan imigrasi masih menggunakan pegawai berkebangsaan Belanda. Dari 459 orang yang bekerja di jawatan imigrasi di seluruh Indonesia, 160 orang adalah orang Belanda. Peraturan perundang-undangan yang dipakai sebagai dasar oleh jawatan imigrasi RIS adalah masih warisan dari Pemerintah Hindia Belanda, yaitu: (a) Indische Staatsregeling, (b) Toelatings Besluit, (c) Toelatings Ordonnantie.
Dalam masa yang relatif singkat, jawatan imigrasi pada era Republik Indonesia Serikat telah menerbitkan 3 (tiga) produk hukum, yaitu (a) Keputusan Menteri Kehakiman RIS Nomor JZ/239/12 tanggal 12 Juli 1950 yang mengatur mengenai pelaporan penumpang kepada pimpinan bea cukai apabila mendarat di pelabuhan yang belum ditetapkan secara resmi sebagai pelabuhan pendaratan, (b) Undang-Undang Darurat RIS Nomor 40 Tahun 1950 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia, dan (c) Undang- Undang Darurat RIS Nomor 42 Tahun 1950 tentang Bea Imigrasi (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 77).
2.2.2 Visi dan Misi
Visi
Masyarakat memperoleh kepastian hukum.
Misi
1. Melindungi hak asasi manusia
2. Motto
3. Melayani dengan tulus
4. Janji layanan
5. Kepastian persyaratan
6. Kepastian biaya
7. Kepastian waktu penyelesaian.
2.2.3 Tugas dan Fungsi
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Pasal 528
(1) Direktorat Jenderal Imigrasi adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
(2) Direktorat Jenderal Imigrasi dimpimpin oleh seorang Direktur Jenderal.
Pasal 529
Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang imigrasi.
Pasal 530
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 529, Direktorat Jenderal Imigrasi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang imigrasi;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang imigrasi;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan criteria di bidang imigrasi;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang imigrasi;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Imigrasi.
2.3 STIBA SARASWATI
2.3.1 Sejarah STIBA SARASWATI
Yayasan PR Saraswati Pusat Denpasar didirikan pada tanggal 8 Desember 1946 dengan Akte Notaris No:111 berkedudukan di Kota Madya Dati.II Denpasar, Provinsi Bali.
ABA Saraswati Denpasar didirikan pada tanggal 28 Agustus 1973 Status Terdaftar SK Menteri P dan K RI No:75/DPT 1973 pada 3 September 1973 dengan satu jurusan yakni: Bahasa Inggris.
Pada 8 Maret 1982 penggabungan IKIP Saraswati Denpasar dan ABA Saraswati Denpasar menjadi Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan Status Terdaftar. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No:090/O/1994, 19 Agutus 1994 Yayasan PR Saraswati Denpasar mendirikan ABA Saraswati Denpasar (yang kedua kalinya) dengan Status Terdaftar untuk jenjang Program D.III yakni : Jurusan Bahasa Inggris, Jurusan Bahasa Jepang, Jurusan Bahasa Perancis, Jurusan Bahasa Jerman.
Peningkatan Status dari ABA menjadi STIBA ini ditetapkan dengan keputusan Mendiknas Nomor 182/D/O/2003. Dalam keputusan ini STIBA Saraswati Denpasar ditetapkan dapat melaksanakan tiga program studi yaitu: Program Studi Bahasa Inggris (DIII), Program Studi Bahasa Jepang (DIII), Program Studi Sastra Inggris (S1).
2.3.2 Visi dan Misi
Visi STIBA Saraswati Denpasar
Menjadi sekolah tinggi bahasa asing Berkualitas untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Ko\vb mpeten dan siap bersaing di era Global.
Berkualitas
Berkualitas dalam pengelolaan pendidikan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Berkualitas dalam pelaksanaan penelitian. Berkualitas dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat. Berkualitas dalam pelaksanaan dan kegiatan akademik dan non akademik.
Kompeten
Kata kompeten mempunyai makna bahwa para lulusan STIBA Saraswati Denpasar memiliki keahlian atau kecakapan dalam bahasa asing yang mampu mengantarkan kearah pengembangan diri sebagai profesional dan diperhitungkan dalam dunia kerja atau yang mampu berdiri sendiri sebagai seorang wira usaha tanpa ketergantungan pihak lain.
Global
Era global yang dimaksudkan adalah suatu masa atau kurung waktu yang penuh persaingan antar negara, antar bahasa, dan antar budaya yang memungkinkan tenaga kerja asing mendapat peluang kerja dan berusaha di negara lain, demikian juga dengan tenaga kerja Indonesia. Era global juga merupakan suatu kurun waktu yang menunjukan komunikasi antar negara dalam berbagai bidang meningkat sangat pesat dengan intensitas tinggi untuk kepentingan dalam dan luar negeri suatu negara.
Misi
1. Menyelenggaran pendidikan bahasa asing yang berkualitas.
2. Menyiapkan, membentuk, dan menghasilkan sarjana bahasa asing yang kompeten.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian khususnya dibidang kebahasaan.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengabdian pada masyarakat sesuai dengan bidang keilmuan.
5. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai institusi penggunaan baik regional, nasional, dan internasional dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi dan memperuas pasar kerja.
2.3.3 Tujuan
1. Meningkatkan kualitas peyelenggarakan pendidkan bahasa asing.
2. Menyiapkan, membentuk, dan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompeten dengan wawasan global.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian khususnya bidang kebahasaan.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kepada masyarakat sesuai dengan bidang keilmuan.
5. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai institusi pengguna baik regioal, nasional, dan internasional.
2.4 CHIS (YIN HUA XUEXIAO)
Sekolah CHIS Denpasar, berdiri sejak 01 September 2000. Diawali dengan berdirinya PG-TK CHIS Denpasar yang disusul dengan berdirinya SD CHIS Denpasar. Sekolah CHIS Denpasar terus berkembang dan kemudian berdiri SMP CHIS (tahun 2004) dan SMA CHIS (tahun 2005). Sekolah CHIS Denpasar merupakan sekolah nasional plus. Mulai dari PG-TK, SD, SMP, serta SMA telah terakreditasi ¡± A ¡± (Amat Baik) oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Propinsi Bali.
Kami mendirikan Sekolah CHIS karena melihat pentingnya suatu sarana pendidikan dimana siswanya dididik dan dilatih sejak usia dini untuk dapat menguasai bahasa Indonesia, Inggris dan Mandarin yang merupakan tiga bahasa yang terpenting dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia usaha dan bisnis serta pariwisata. Untuk tujuan tersebut, maka sekolah CHIS menggunakan guru ¡°native teacher¡± untuk pelajaran bahasa Inggris dan Mandarin sebanyak 7 jam per minggu. Di samping itu Sekolah CHIS juga membekali siswanya dengan ilmu pengetahuan serta ketrampilan ¨C ketrampilan lain yang sudah sesuai dengan kurikulum nasional yang dikembangkan dengan kurikulum internasional. Untuk SMP dan SMA ditambahkan kurikulum internasional khususnya Mathematics dan Sciences (Physics, Chemistry and Biology) dengan buku dan bahasa pengantar berbahasa Inggris yang disampaikan oleh guru yang profesional (S3).
Untuk menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat siswa-siswi CHIS, sekolah CHIS menyediakan ekstrakurikuler diantaranya : Barongsai, Futsal, Basket, Cooking class, Catur, Dance, Music, Science Club (KIR), Badminton, Jurnalistik/Fotografi, Pramuka dll, serta sarana dan prasara yang memadai.
Dari sejak berdiri Sekolah CHIS Denpasar telah meraih prestasi yang cukup membanggakan mulai dari PG-TK , SD , SMP maupun SMA CHIS Denpasar, baik dari tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Prestasi tersebut tidak hanya di bidang akademik tetapi juga di bidang non-akademik. Semuanya berkat bimbingan dari para guru dan tenaga penunjang pendidikan yang profesional dan berpengalaman serta juga kerja sama dan dukungan dari orang tua murid.
2.5 Tanah Lot
Sejarah Tanah Lot
Sejarah Pura Tanah Lot Bali Indonesia berdasarkan legenda, dikisahkan pada abad ke -15, Bhagawan Dang Hyang Nirartha atau dikenal dengan nama Dang Hyang Dwijendra melakukan misi penyebaran agama Hindu dari pulau Jawa ke pulau Bali.
Pada saat itu yang berkuasa di pulau Bali adalah Raja Dalem Waturenggong. Beliau sangat menyambut baik dengan kedatangan dari Dang Hyang Nirartha dalam menjalankan misinya, sehingga penyebaran agama Hindu berhasil sampai ke pelosok ¨C pelosok desa yang ada di pulau Bali.
Dalam sejarah Tanah Lot, dikisahkan Dang Hyang Nirartha, melihat sinar suci dari arah laut selatan Bali, maka Dang Hyang Nirartha mencari lokasi dari sinar tersebut dan tibalah beliau di sebuah pantai di desa yang bernama desa Beraban Tabanan.
Pada saat itu desa Beraban dipimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, yang sangat menentang ajaran dari Dang Hyang Nirartha dalam menyebarkan agama Hindu. Bendesa Beraban Sakti, menganut aliran monotheisme.
Dang Hyang Nirartha melakukan meditasi diatas batu karang yang menyerupai bentuk burung beo yang pada awalnya berada di daratan.
Dengan berbagai cara Bendesa Beraban ingin mengusir keberadaan Dang Hyang Nirartha dari tempat meditasinya.
Menurut sejarah Tanah Lot berdasarkan legenda Dang Hyang Nirartha memindahkan batu karang (tempat bermeditasinya) ke tengah pantai dengan kekuatan spiritual. Batu karang tersebut diberi nama Tanah Lot yang artinya batukarang yang berada di tengah lautan.
Semenjak peristiwa itu Bendesa Beraban Sakti mengakui kesaktian yang dimiliki Dang Hyang Nirartha dengan menjadi pengikutnya untuk memeluk agama Hindu bersama dengan seluruh penduduk setempat.
Dikisahkan di sejarah Tanah Lot, sebelum meninggalkan desa Beraban, Dang Hyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada bendesa Beraban. Keris tersebut memiliki kekuatan untuk menghilangkan segala penyakit yang menyerang tanaman.
Keris tersebut disimpan di Puri Kediri dan dibuatkan upacara keagamaan di Pura Tanah Lot setiap enam bulan sekali. Semenjak hal ini rutin dilakukan oleh penduduk desa Beraban, kesejahteraan penduduk sangat meningkat pesat dengan hasil panen pertanian yang melimpah dan mereka hidup dengan saling menghormati.
2.6 Alas Kedaton
Obyek wisata Alas Kedaton salah satu tempat menarik di Bali dengan kehidupan kera hutan yang berlokasi di Desa Kukuh Kecamatan Marga, kota Tabanan, 4 km dari kota Tabanan, maka tempat ini sekarang terkenal bernama Taman Wisata Alam Alas Kedaton (Alas Kedaton Monkey Forest), memiliki pesona hutan lebat serta banyak dihuni oleh kera, jumlahnya sampai ratusan, diperkirakan sekitar 400-an populasi monyet, ada juga sekumpulan kelelawar besar / kalong hidup bergelantungan diatas pohon untuk tidur sambil menunggu malam tiba, biasanya mereka menghabiskan waktu bergelantungan pada dahan pohon-pohon besar belakang pada kawasan hutan ini.
Di kawasan wisata alam hutan lindung ini, terdapat pura suci diyakini warga memiliki kekuatan magis untuk melindungi areal hutan ini serta warga disekitarnya, upacara piodalan Pura ini jatuh pada hari Selasa (Anggara Kasih) dua puluh hari setelah Hari Raya Galungan. Yang mana upacara dimaksud dimulai pada siang hari dan harus sudah selesai sebelum matahari terbenam. Prosesi upacara agama tersebut dinamakan Ngerebeg tidak memakai sarana dupa ataupun kwangen seperti upacara agama kebanyakan lainnya di Bali.
Pura ini sering pula disebut Pura Alas Kedaton atau Pura Dalem Kahyangan. Monyet di sini cenderung jinak, karena sudah terbiasa dengan wisatawan, saat berkunjung paling penting adalah jangan mengganggu keberadaan mereka. Untuk bisa mengunjungi objek wisata ini, wisatawan bisa ikut paket full day Bedugul - Tanah Lot Tour telah mereka susun rute perjalanannya, atau bisa menggunakan jasa sewa mobil di Bali + supir, sehingga acara liburan anda bersama keluarga dan rekan semakin menyenangkan.
2.7 Dnau Bedugul
Danau Bratan adalah sebuah danau yang terletak di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Danau yang terletak paling timur di antara dua danau lainnya yaitu Danau Tamblingan dan Danau Buyan, yang merupakan gugusan danau kembar di dalam sebuah kaldera besar, Danau Bratan terbilang cukup istimewa.
Berada di jalur jalan provinsi yang menghubungkan Denpasar-Singaraja serta letaknya yang dekat dengan Kebun Raya Eka Karya menjadikan tempat ini menjadi salah satu andalan wisata pulau Bali. Disamping mudah dijangkau Danau Bratan juga menyediakan beragam pesona dan akomodasi yang memadai.
Di tengah danau terdapat sebuah pura yaitu Pura Ulun Danu, yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan.
2.8 Pusat Oleh-oleh Krisna
Perkembangan sebuah perusahaan atau seseorang yang menjadi sukses, sering dilatar belakangi oleh kisash miris, hal-hal seperti itulah merupakan ramuan obat pahit sebagai cambuk memacu keingininan untuk selalu tegar terhadap rintangan. Kisah seperti itu terjadi juga pada perintis toko oleh-oleh khas Bali yang terkenal dengan nama Krisna. Berawal dari kisah sedihnya seseorang yang bernama Gusti Ngurah Anom saat lulus SMP, berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang bangku SMA, tapi keinginan ini harus dikubur dalam-dalam karena orang tuanya memutuskan memberhentikannya karena tidak mampu membiayainya.
Dengan rasa sedih, jengah dan mangkel berkecamuk mencoba mengadu keberuntungan ke Kota Denpasar, berjalan kaki berkilo-kilometer, menahan haus dan lapar, sampai diterima sebagai pegawai bersih-bersih mobil pada sebuah hotel di kawasan objek wisata Sanur, menjadi karyawan garment dan setelah melepaskan masa lajangnya mendirikan konveksi kecil-kecilan dan dari sinilah akhirnya memberikan ide untuk mendirikan toko oleh-oleh khas Bali bernama Krisna. Kisah insfiratif ini memang menarik sekali.
2.9 Pantai Sanur
Karena memiliki ombak yang cukup tenang, maka pantai Sanur tidak bisa dipakai untuk surfing layaknya Pantai Kuta. Tak jauh lepas Pantai Sanur terdapat juga lokasi wisata selam dan snorkeling. Oleh karena kondisinya yang ramah, lokasi selam ini dapat digunakan oleh para penyelam dari semua tingkatan keahlian.
Pantai Sanur juga dikenal sebagai Sunrise beach (pantai Matahari terbit) sebagai lawan dari Pantai Kuta.
Karena lokasinya yang berada di sebelah timur pulau Bali, maka pantai Bali ini menjadi lokasi yang tepat untuk menikmati sunrise atau Matahari terbit. Hal ini menjadikan tempat wisata ini makin menarik, bahkan ada sebuah ruas di pantai Sanur ini yang bernama pantai Matahari Terbit karena pemandangan saat Matahari terbit sangat indah jika dilihat dari sana.
Sepanjang pantai Bali ini menjadi tempat yang pas untuk melihat Matahari terbit. Apalagi sekarang sudah dibangun semacam sanderan yang berisi pondok-pondok mungil yang bisa dijadikan tempat duduk-duduk menunggu Matahari terbit. Selain itu, ombak di pantai ini relatif lebih tenang sehingga sangat cocok untuk ajang rekreasi pantai anak-anak dan tidak berbahaya.
Selain itu, pengunjung bisa melihat Matahari terbit dengan berenang di pantai. Sebagian kawasan pantai ini mempunyai pasir berwarna putih yang eksotis. Dilengkapi dengan pohon pelindung, pengunjung bisa duduk-duduk sambil menikmati jagung bakar ataupun lumpia yang banyak dijajakan pedagang kaki lima.
Sepanjang tempat wisata pantai Bali ini sekarang sudah dilengkapi dengan penunjang wisata berupa hotel, restoran ataupun kafe-kafe kecil serta art shop. Salah satu hotel tertua di Bali dibangun di pantai ini. Hotel ini bernama Ina Grand Bali Beach yang terletak persis di tepi pantai. Selain itu, sepanjang garis pantai juga dibangun semacam area pejalan kaki yang seringkali digunakan sebagai jalur jogging oleh wisatawan ataupun masyarakat lokal. Jalur ini terbentang ke arah selatan melewati pantai Shindu, pantai Karang hingga Semawang sehingga wisatawan bisa berolahraga sekaligus menikmati pemandangan pantai di pagi hari.
Toko oleh-oleh ini didirikan pada tahun 2007 di Nusa Indah Denpasar berkembang dengan sangat bagus, apalagi tempatnya berdekatan dengan objek wisata taman budaya Art Centre, tempat yang sering dikunjungi wisatawan saat perjalanan tour di Bali saat melakukan perjalanan city tour ke kota Denpasar, ditambah lagi event tahunan Pesta Kesenian Bali, digelar selama sebulan disetiap tahunnya saat liburan sekolah. Lokasi yang strategis, harga sesuai kualitas adalah aset utama bagi sebuah perusahaan.
Apalagi perkembangan pariwisata setelah tragedi Bom II yang megguncang kawasan Kuta, pariwisata Bali perlahan namun pasti berangsur-angsur pulih kembali, dan seiring kesuksesannya dengan toko di jalan Nusa Indah no.77 Denpasar, beberapa cabang dibuka lagi seperti jalan Nusa Kambangan Denpasar, jalan Sunset Road Kuta dan jalan Raya Tuban, lokasi - lokasi di wilayah wisata seperti Kuta dan Tuban memang sangat-sangat strategis sehingga kiprahnya semakin eksis saja.
2.10 Tanjung Benoa
Tanjung Benoa adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
Tanjung Benoa merupakan tempat wisata di Bali yang terkenal akan pantainya. Tempat ini juga merupakan surganya wahana air seperti banana boat, scuba diving, parasailing, rolling donut, seawalker, flying fish, snorkeling dan lain-lain. Selain itu, terdapat pelayaran menuju Pulau Penyu tempat hidup dan penangkaran seekor kura-kura, ular, jalak bali, dan sebagainya. Sehingga tidak salah kalau Tanjung Benoa dikenal sebagai pusat wisata bahari di Bali.
Aktifitas wahana air sangat tergantung dari kondisi pasang surut air laut yang dikenal istilah pasang purnama dan pasang tilem. Jika kena pengaruh bulan mati (tilem), atraksi wisata laut baru bisa dilangsungkan di atas pukul 11.00 hingga sore. Sebaliknya, kalau terkena pengaruh pasang purnama (bulan penuh), wisatawan bisa memulai aktivitas wisata tirta sejak pagi hari, sekitar pukul 09.00 hingga sore hari biasanya sampai jam 4 sore. Bibir pantai Tanjung Benoa memiliki laut yang aman, nyaman dan indah. Karang lautnya masih lestari, sehingga ombak akan pecah di luar, sebelum menyentuh bibir pantai. Karena itu, di pantai Tanjung Benoa dikenal istilah ''laut dangkal'' dan ''laut dalam''.
Pesisir pantai Tanjung Benoa mencakup tujuh lingkungan/banjar, enam di antaranya masuk wilayah Kelurahan Tanjung Benoa (Banjar Kerta Pascima, Anyar, Tengah, Purwa Santi, Panca Bhineka, dan Banjar Tengkulung), sedangkan Banjar Terora masuk wilayah Kelurahan Benoa. Luas keseluruhannya 400,39 hektar, 226,64 hektar di antaranya adalah luar wilayah Banjar Terora. Dengan demikian luas wilayah Tanjung Benoa hanya 173,75 hektar.
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN
A. PEMBEKALAN
Tahap pertama dari seluruh rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah pembeklan yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 1 Desember 2016 di ruang B.103 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman. Acara ini di buka oleh Ibu Dian Adiarti, selaku mantan Ketua Program Studi D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman. Dalam sambutannya beliau menyampaikan mengenai pentingnya KKL sebagai bekal praktis bagi mahasiswa D3 Bahasa Mandarin sebelum melaksanakan Praktik Kerja Lapangan dan sebelum terjun ke dunia lapangan pekerjaan yang sesungguhnya.
Pembekalan bertujuan untuk memberikan gambaran secara utuh, praktis, dan global tentang perjalanan KKL sejak permulaaan sampai akhir pelaksanaan serta hal-hal penting lainnya yang harus diselesaikan oleh peserts KKL.
Setelah acara dibuka pleh Ketua Program Studi D3 Bahasa Mandarin, acara dilanjutkan dengan pengarahan dan penyampaian materi yang disampaikan oleh dua dosen diantarnya: Ibu Yuni, Bapak Nunung Supriadi selaku ketua program studi d3 bahasa mandarin yang baru, yang dilanjutkan dengan menyampaikan pengarahan kepada seluruh mahasiswa tentang tata tertib dan mekanisme pelaksanaan KKL serta pemberitahuan kepada seluruh peserta KKL agar selalu menjaga nama baik almamater, dan bersikap sopan santun dalam perkataan dan perbuatan.
B. PELAKSAAN KKL di DINAS PARIWISATA BALI
Kunjungan resmi yang pertama kami kunjungi adalah Dinas Pariwisata Bali. Disana kami mendengarkan penjelasan dari sekertaris Dinas Pariwisata Bali yang bernama Jok Bagus Kemanyu, karena pada saat itu ketua Dinas Pariwisata Bali sedang berhalangan hadir.
Beliau menjelaskan keadaan pariwisata Bali beberapa tahun terakhir. Dua tahun terakhir WNA yang paling banyak berkunjung ke Bali adalah China dan Australia. Biasanya warga China paling banyak berkunjung yaitu pada saat libur Imlek atau tahun baru China. Karena China adalah negara yang paling sering atau paling anyak berkunjung ke Bali, bagaimana Dinas Pariwisata Bali dalam menangani hal terebut? Pada saat itu Dinas Pariwisata Bali menanganinya dengan mendatangkan kalau tidak salah 60 orang-orang yang bisa Berbahasa Mandarin dari Surabaya untuk ditest yang nantinya akan menjadi Tour Guide. Ternyata di Bali Tour Guide yang menguasai Bahasa Mandarin masih sangat minim. Ini menjadikan peluang bagi kami nanti ketika memasuki dunia kerja.
Selain itu, beliau juga menjelaskan tentang visi dan misi mereka:
Visi
Terwujudnya Pariwisata budaya yang berkualitas, berkelanjutan, dan mempunyai daya saing, berdasarkan “Tri Hita Karana”.
Misi
1. Terwujudnya Pariwisata Budaya yang berbasis kerakyatan.
2. Terwujudnya Profesionalisme pengelolaan kepariwisataan.
3. Terwujudnya Pelayanan yang baik di bidang kepariwisataan
C. PELAKSANAAN KKL di KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR
Di Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar kami menuju lantai dua untuk mengikuti seminar. Dalam seminar tersebut menjelaskan tentang visi misi, dan tugas dan fungsi kantor imigrasi.
Visi
Masyarakat memperoleh kepastian hukum.
Misi
1. Melindungi hak asasi manusia
2. Motto
3. Melayani dengan tulus
4. Janji layanan
5. Kepastian persyaratan
6. Kepastian biaya
7. Kepastian waktu penyelesaian.
Tugas dan Fungsi:
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Pasal 528
(1) Direktorat Jenderal Imigrasi adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
(2) Direktorat Jenderal Imigrasi dimpimpin oleh seorang Direktur Jenderal.
Pasal 529
Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang imigrasi.
Pasal 530
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 529, Direktorat Jenderal Imigrasi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang imigrasi;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang imigrasi;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan criteria di bidang imigrasi;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang imigrasi;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Imigrasi.
D. PELAKSANAAN KKL DI STIBA SARASWATI
STIBA SARASWATI atau Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Saraswati adalah sekolah yang teriri dari TK, SD, SMP, SMA, dan Universitas. Saat kami berkunjung ke sana pihak sekolah sedang mengadakan acara pesta kebudayaan sehingga membuat keramaian di sekolah. Pada saat itu kami mendengarkan penjelasan di ruang kelas karena aula sedang dipakai untuk persiapan pesta budya tersebut.
Pembicara yang mengisi pada saat itu adalah ketua yayasan STIBA SARASWATI sendiri, beliau menyampaikan tentang sejarah berdirinya STIBA SARASWATI, serta visi dan misi STIBA SARASWATI.
Berikut adalah sejarah singkat dari STIBA SARASWATI yang dulunya merupakan Yayasan PR Saraswati Pusat Denpasar didirikan pada tanggal 8 Desember 1946 dengan Akte Notaris No:111 berkedudukan di Kota Madya Dati.II Denpasar, Provinsi Bali.
ABA Saraswati Denpasar didirikan pada tanggal 28 Agustus 1973 Status Terdaftar SK Menteri P dan K RI No:75/DPT 1973 pada 3 September 1973 dengan satu jurusan yakni: Bahasa Inggris.
Pada 8 Maret 1982 penggabungan IKIP Saraswati Denpasar dan ABA Saraswati Denpasar menjadi Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan Status Terdaftar. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No:090/O/1994, 19 Agutus 1994 Yayasan PR Saraswati Denpasar mendirikan ABA Saraswati Denpasar (yang kedua kalinya) dengan Status Terdaftar untuk jenjang Program D.III yakni: Jurusan Bahasa Inggris, Jurusan Bahasa Jepang, Jurusan Bahasa Perancis, Jurusan Bahasa Jerman.
Peningkatan Status dari ABA menjadi STIBA ini ditetapkan dengan keputusan Mendiknas Nomor 182/D/O/2003. Dalam keputusan ini STIBA Saraswati Denpasar ditetapkan dapat melaksanakan tiga program studi yaitu: Program Studi Bahasa Inggris (DIII), Program Studi Bahasa Jepang (DIII), Program Studi Sastra Inggris (S1).
Di hari itu juga kami mendapat kesempatan untuk melihat pawai budaya yang pesertanya adalah seluruh siswa dari STIBA SARASWATI.
E. PELAKSANAAN KKL DI CHIS
Kunjungan kami yang terakhir adalah CHIS atau sekolah tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Mandarin. Disana kami mengikuti seminar yang dipandu oleh siswa SMA CHIS yang menggunakan Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia, dengan pembicara guru-guru yang ada di CHIS.
Dalam seminarnya beliau menyampaikan tentang apa saja yang ada di CHIS, dintaranya adalah sistem belajar. Ternyata di CHIS tidak hanya ada SMA, tetapi juga ada TK, SD, SMP dan semua siswanya sudah dibiasakan dari TK untuk berbicara menggunakan bahasa asing. Di dalam CHIS ternyata tidak hanya masyarakat lokal yang bersekolah disitu, tetapi juga ada siswa bule nya (warga negara asing).
F. PELAKSANAAN KKL DI TANAH LOT
Saat pertama tiba di Pulau Bali, tempat pertama yang kami singgahi adalah Tanah Lot. Kenapa Tanah Lot? Karena waktu ishoma kami sudah ditentukan di Tanah Lot.
Seperti yang sudah dikatakan, kami disana tidak hanya berwisata tetapi juga untuk bebersih diri, sholat shubuh dan sarapan pagi. Kami sarapan pagi di Agung Bali. Menu yang disuguhkan pada saaat itu adalah soto ayam dan teh anget. Waktu makan dijadwalkan pukul 07.00 WIT tetapi molor menjadi 08.00 WIT dikarenakan dari pihak Agung Bali yang belum buka.
Sebelum makan, kami diberi kesempatan untuk menikmati keindahan Pantai Tanah Lot terlebih dahulu. Disana kami menikmati sunrise yang indah luar biasa. Udaranya yang bersih membuat paru-paru menjadi sehat. Hembusan angin yang membawa ombak bergulung-gulung terdengar sangat nyaring karena masih sangat pagi dan para wisatawan masih belum banyak yang bersantai di Tanah Lot. Menikmati keindahan tersebut membuat saya yang tadinya sakit perlahan mulai membaik. Dengan tidak sengaja mata saya melihat rombongan lain yang salah satu dari mereka terpeleset di bebatuan yang berlumut. Saya berfikir bahwa dia akan menangis, ternyata malah sebaliknya. Dia merasa baik-baik saja tetapi juga pasti merasa kesakitan.
Beruntungnya kami waktu itu adalah kami bisa meihat rombongan warga sekitar yang akan melakukan sembahyang disalah satu pura yang ada di Tanah Lot. Rombongan berjalan ramai-ramai menuju pura dengan diiringi musik tradisional bali. Sangat luar biasa! Saya merasakan kentalnya budaya mereka saat itu dengan mereka memakai pakaian adat mereka ketika bersembahyang, dan di sepanjang toko yang menuju Tanah Lot pemiliknya banyak yang menggunakan baju adat mereka. Berbeda sekali dengan Pulau Jawa, mereka menggunakan kebaya hanya pada saat acara-acara tertentu.
G. PELAKSANAAN KKL DI ALAS KEDATON
Setelah puas menikmati sunrise kami melanjutkan perjalan ke tempat wisata lagi yaitu Alas Kedaton. Alas Kedaton adalah tempat wisata yang dihuni oleh banyak monyet seperti Hutan Sangeh bedanya adalah monyet di Alas Kedaton tidak sejail yang berda di Hutan Sangeh. Disini mereka tidak akan mengganggu kalau kita tidak mengganggu mereka.
Pertama masuk Alas Kedaton bau menyengat kotoran monyet langsung tercium oleh hidung saya. Meskipun berbau tidak sedap tetap tidak mengganggu kegiatan kami siang itu. Tidak hanya monyet yang terdapat didalamnya, tetapi juga terdapat pura, kelalawar besar, dan ular suci. Para wisatawan juga bisa berfoto dengan penghuni-penghuni di Alas Kedaton, namun itu tidak gratis wisatawan akan ditarik biaya tertentu.
H. PELAKSANAAN KKL DI DANAU BEDUGUL
Setelah puas dengan monyet, kami melanjutkan wisata lagi ke daerah Bedugul yaitu Danau Bratan. Suasana disini sangat menenangkan, dingin dan sejuk. Yang terkenal di tempat ini adalah pemandangannya dengan pura Ulun Nalu. Sangat disayangkan kami hanya bisa menikmatinya dengan sebentar. Kami diberi waktu hanya satu jam untuk menikmati keindahan Danau Bedugul. Tidak hanya karena keindahan pemandangannya disini kita juga bisa berwisata menunggang perahu untuk memutari sebagian danau.
I. PELAKSANAAN KKL DI PANTAI SANUR
Setelah lelah melakukan kunjungan resmi di STIBA SARASWATI kami langsung pergi menuju Pantai Sanur. Tidak seindah Tanah Lot tapi puas untuk bermain air disini. Disini kami bersenang-senang dengan bermain air bersama. Tidak semua peserta KKL bermain air, mereka yang tidak ikut bermain air asik sendiri mengabadikan momen. Kalau tidak membuat video ya berfoto-foto. Saking asiknya bermain dan berfoto, kami sapai lupa belum mengerjakan sholat ashar. Buru-buru kami mengerjakan sholat di Pantai Sanur. Kami sholat ashar bukan di mushola, melainkan tempat terbuka seperti pendopo dan disana sangat kotor, untunglah ada seorang ibu-ibu penjual yang meminjami kami sajadah.
J. PELAKSANAAN KKL DI TANJUNG BENOA
Ini adalah kunjungan wista terakhir kami yaitu Tanjung Benoa. Kami mampir juga sekalian pulang. Di Tanjung Benoa kami menikmati keramaian warga asing yang sangat senang dengan bermain panas-panasan di pantai. Kami juga diberi kesempatan untuk menjajal wisata yang ada, namun hanya beberapa dari kami yang menginginkannya. Kenapa begitu? Karena menurut saya tarif wisata untuk satu wahana terlalu mahal, ditambah dengan uang yang sudah menipis karena sudah dipakai untuk membeli oleh-oleh.
Disini juga transit untuk makan siang. Menu makan siang kala itu menurut saya lumayan karena ada ayamnya. Untuk rasa saya tidak masalah yang saya khawatirkan saat itu adalah banyaknya anjing yag berkeliaran di area makan. Anjing tersebut tidak hanya berkeliaran tapi juga suka buang air kecil sembarangan. Itu sangat mengganggu saya.
K. MEMBELI OLEH-OLEH DI JOGER DAN KRISNA
Kalau kita berwisata pasti ada buah tangan untuk dibawa pulang. Dikesempatan kali ini kami diberi waktu untuk membeli buah tangan di Joger dan Krisna. Selesai mengunjungi Danau Bedugul kami singgah lumayan lama di Joger untuk membeli oleh-oleh. Disini tidak dijual makanan, disini hanya dijual baju, sandal, tas, dan aksesoris lainnya.
Di Joger saya hanya membeli oleh-oleh kaos lengan pendek yang bertuliskan kalimat-kalimat unik. Saya sangat tertarik karena sebelumnya saya tidak sempat membeli kaos Joger saat study tour ke Bali. Disini kami diberi waktu untuk belanja lumayan lama. Setelah selesai membeli oleh-oleh di Joger kami langsung menuju hotel untuk beristirahat.
Kalau ingin membeli oleh-oleh berupa makanan singgahlah ke Krisna, pusatnya oleh-oleh. Disini tidak hanya makanan, baju, sandal, tas, topi, aksesoris, sabun lulur juga disediakan disini. Maknan yng biasanya diburu wisatawan adalah pie susu yag sudah menjadi khasnya bali. Tidak hanya pie susu, makanan khas Bali lainnya juga tersedia disini. Ada brem, dodol, kacang disco, kopi bali dan lainnya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang sudah disampaikan proses pelaksaan KKL mampu menambah wawasan pengetahuan tentang kondisi dunia kerja yang pantas bagi mahasiswa yang berjurusan Bahasa Mandarin yang tidak didapatkan pada saat kuliah.
B. SARAN
Pihak universitas seharusnya dapat menentukan waktu yang lebih tepat dalam pelaksanaan KKL kali ini agar mahasiswa bisa antusias dan senag untuk melaksanakan KKL. Dan dimohon untuk tidak memberiakn informasi dengan tiba-tiba agar mahasiswa tidak bingung.
C. PENUTUP
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas keberhasilan penulis menyelesaikan laporan ini sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Penulis sadar betul tentang kekurangan penulis dalam menuliskan laporan ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar dalam penulisan laporan KKL yang akan datang menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih atas dukungan dosen-dosen dan teman-teman dalam mengerjakan laporan ini, semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan mahasiswa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA