1. Noti Purwani
J0B015006
2. Dyah Fatika
Sari J0B015014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di jaman yang semakin maju ini banyak masyarakat yang
sudah meninggalkan tradisi adatnya. Mereka beranggapan bahwa jika masih
melakukan tradisi adat akan disebut kuno, ketinggalan jaman, kurang up date dan
lain-lain. Karena adanya embel-embel tersebut banyak masyarakat jaman sekarang
lebih suka memilih hal-hal yang baru dari pada masih melakukan tradisi lama
yang dianggap kuno. Masyarakat sekarang lebih mementingkan penampilan baru
dalam berbagai hal. Sebagai salah satu contohnya adalah masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa sekarang sudah banyak yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian, dan bukan menggunakan
bahasa krama inggil sebagai bahasa keseharian. Dalam hal berpakaian masyarakat
Jawa juga sudah meninggalkan pakaian adatnya (kebaya). Mereka hanya memakai
kebaya jika pada hari atau moment-moment tertentu, seperti pada saat upacara
pernikahan, sunatan dan acara-acara lainnya.
Tidak hanya berpakaian dalam melaksanakan ritual-ritualnya pun sudah
jarang dilakukan.
Sebagai
contohnya yaitu ritual pada saat mantenan. Dalam masyarakat Jawaacara mantenan
mempunyai banyak ritual yang harus dilakukan. Dari sebelum ijab qabul sampai
sesudah ijab qabul. Karena banyaknya ritual yang harus di lakukan, masyarakat
malah enggan melakukannya. Mereka Masyarakat sekarang lebih suka yang sederhana
(simple) , merekamereka lebih memilih mengurangi ritual-ritual tersebut agar
tetapdapat dilakukan.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana ritual-ritual yang dilakukan saat mantenan?
b.
Bagaimana cara agar tetap menjaga tradisi mantenan Jawa
tersebut?
1.3
Tujuan
a.
Mengetahui apa saja yang dilakukan pada saat acara
mantenan Jawa.
b.
Mengetahui cara agar tetap menjaga tradisi saat mantenan
Jawa.
1.4
Manfaat Penulisan
a.
Manfaat teoritis
Menjadikan
para anak muda terutama mahasiswa menambah wawasan, lebih mengetahui arti
maksud tentang kebudayaan jawa.
b.
Manfaat praktis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Tahapan Upacara Manten Jawa
1.
Babak 1( Pembicaraan)
Tahapan ini intinya mencakup tahap pembicaraan
pertama sampai tingkat melamar.
a.
Congkog
Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah menanyakan status calon mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada pihak yang mengikat.
Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah menanyakan status calon mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada pihak yang mengikat.
b.
Salar
Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang dilaksanakan oleh seorang duta, baik oleh duta yang pertama atau orang lain.
Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang dilaksanakan oleh seorang duta, baik oleh duta yang pertama atau orang lain.
c.
Nontoni
Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua, keluarga besar beserta calon mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai wanita untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua dapat membaca kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantu.
Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua, keluarga besar beserta calon mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai wanita untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua dapat membaca kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantu.
d.
Nglamar
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian upacara pernikahan.
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian upacara pernikahan.
2.
Babak 2 (Tahap Kesaksian)
Setelah
melalui tahapan pembicaraan, dilaksanakanlah peneguhan pembicaraan yang
disaksikan pihak ketiga, seperti kerabat, tetangga, atau sesepuh.
a.
Srah-srahan
Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga acara selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam di luar dari materinya sendiri, yaitu berupa cincin, seperangkat busana wanita, perhiasan, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga acara selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam di luar dari materinya sendiri, yaitu berupa cincin, seperangkat busana wanita, perhiasan, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
b.
Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin oleh kedua calon mempelai.
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin oleh kedua calon mempelai.
|
c.
Asok Tukon
Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga pengantin wanita.
Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga pengantin wanita.
d.
Paseksen
Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu, juga ada pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).
Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu, juga ada pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).
e.
Gethok Dina
Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari, tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak saja.
Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari, tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak saja.
3. Babak 3 (Tahap Siaga)
Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak saudara.
Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak saudara.
a.
Sedhahan
Mencakup pembuatan hingga pembagian surat undangan.
b.
Kumbakarnan
Pertemuan untuk membentuk panitia hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
Pertemuan untuk membentuk panitia hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c.
Jenggolan atau
Jonggolan
Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberitahukan dan melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.
Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberitahukan dan melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.
4.
Babak 4 (Tahapan Rangkaian Upacara)
Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu
gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), yang
terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa dan daun beringin
yang memiliki arti agar pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana
saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga
mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu
karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.
a.
Pasang Tratag dan Tarub
Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin dilengkapi, boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian makanan nasi uduk, nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.
c.
Pasang Tuwuhan (Pasren)
Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan.
d.
Siraman
Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria dan wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak ibunya sambil berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.
Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria dan wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak ibunya sambil berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.
e.
Adol Dhawet (Jual
dawet)
Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang menggunakan pecahan genting sebagai uang
Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang menggunakan pecahan genting sebagai uang
f.
Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
g.
Midodareni
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.
h.
Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.
i.
Nyantri atau Nyatrik
Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya.
Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya.
Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat di tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi, acara penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan kemampuan mempelai dalam Plangkahan.
5. Babak 5 (Puncak Dari Rangkaian Acara Dan Merupakan Inti Acara)
a.
Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.
b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:
v Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan
bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan
keselamatan.
v Gantal atau lempar
sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.
v Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam
kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol
seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
v Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air
hidup, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan
harapan keluarga mereka dapat berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir
batin.
v Masuk ke pasangan bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya
melaksanakan kewajiban.
v Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak
pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan
keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup.
Setelah upacara panggih, kedua
mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan:
v Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin
wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.
v Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan
penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh beserta
kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada
keluarga.
v Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung
kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual).
Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur adilinuwih (seribu nasihat yang
adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.
c.
Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan
mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh,
beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.
d. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.
e.
Sungkeman
sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.
sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.
f.
Kirab
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana.
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana.
2.2Simbol-simbol, Hiasan,
dan Maknanya Budaya Jawa
Simbol-simbol, Hiasan,
dan Maknanya Budaya Jawa dikenal sangat dipengaruhi oleh tradisi kratonnya.
Dalam perkawinan yang berlatar belakang budaya ini banyak sekali simbol-simbol
budaya dan hiasan yang memiliki makna tertentu yang berasal dari tradisi kraton
tersebut. Diantara hal tersebut adalah:
1. Patah
Patah
adalah dua anak kecil putri yang berjalan di depan pengantin. Ketika pengantin
duduk, mereka bertugas untuk mengipasi keduanya.
2. Domas dan Manggolo
Domas
atau putri domas adalah dua orang gadis muda yang mengiringi pengantin wanita.
Sedangkan manggolo adalah dua orang anak muda yang mengiringi pengantin pria,
meskipun sesungguhnya berasal dari keluarga pengantin wanita. Masing-masing
domas dan manggolo membawa kembar mayang dan saling menukarkannya ketika
prosesi jemuk berlangsung. Putri domas dalam pernikahan ibarat dayang-dayang
bagi seorang ratu. Sedangkan para manggala adalah ibarat para punggawa
kerajaan.
3. Janur Kuning
Rangkain
janur bleketepe kuning dipasang di gerbang atau pintu masuk tempat acara
resepsi. Dari pemasangan ini diharapkan akan hilang kemungkinan yang tidak
diinginkan dan sebagai tanda bahwa adanya pernikahan yang akan berlangsung
dirumah tersebut. Janur juga dapat dimaknai dengan “jalarane nur” atau bahwa
rumah tangga sebagai sarana untuk menghadirkan cahaya “pepadang” dalam sebuah
kehidupan.
4. Kembar Mayang
Kembar
mayang merupakan rangkaian yang dibuat dari bermacam daun dan banyak ornamen
dari janur yang dirangkai dan ditancapkan pada potongan pohon anak pisang. Dari
janur dibuat ornamen berbentuk tugu-tuguan atau gunungan, uler-uleran, keris, manukan, dan pecut.
Sementara macam daun yang digunakan adalah daun beringin, andong, gondoroso,
dan mayang jambe. Ornamen berbentuk tugu atau gunung melambangkan simbol sosok
laki laki yang (harus) penuh pengetahuan, pengalaman dan kesabaran. Ornamen
seperti keris memberikan makna bahwa pasangan pengantin hendaknya
berberhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana laksana sebuah keris.
Ornamen uler-uleran merupakan simbol keajegan bergerak dalam hidup terutama
dalam keluarga dan lingkungan. Ornamen seperti pecut memberikan dorongan untuk
sikap energik, cepat berpikir dan mengambil keputusan untuk menyelamatkan
keluarga. Sedangkan ornamen seperti burung melambangkan motivasi tinggi untuk
kehidupan.
5. Pohon Pisang Lengkap dengan Buah dan Ontong-nya
Pohon pisang diletakkan di sebekah kiri kanan
gapura/pintu masuk tempat resepsi. Lebih diutamakan jika buah pisang yang
dipasang tersebut telah matang. Diantara makna yang dikandung adalah bahwa
suami hendaknya menjadi kepala keluarga ditengah kehidupan bermasyarakat.
Seperti pohon pisang yang bisa tumbuh baik dimanapun dan rukun dengan
lingkungan, diharapkan keluarga baru yang dipimpin suami ini juga akan hidup
bahagia, sejahtera dan rukun dengan lingkungan sekitarnya.
6. Cengkir Gading
Cengkir gading atau kelapa kecil berwarna
kuning, melambangkan kencang dan kuatnya pikiran baik, sehingga diharapkan
kedua mempelai akan dengan sungguh-sungguh terikat dalam kehidupan bersama yang
saling mencinta.
7. Dekorasi (kwade) Pengantin
Dekorasi
atau background hiasan pernikahan adalah sebuah kwade yang terdiri dari sebuah
rono (krobongan) dengan lebar sesuai dengan kapasitas ruangan. Hiasan bunga
hidup atau palsu melengkapi keindahan rono yang ada. Jika memungkinkan, taman
dan air mancur seringpula ditambahkan di depan rono. Pemilihan bentuk dekorasi
dan warnanya turut menentukan corak dan warna pakaian yang akan dikenakan oleh
pengantin dan keluarganya dalam resepsi perkawinan.
8. Pakaian
Pada
saat acara Jemuk penganten berlangsung, kedua penganten mengenakan pakaian kebesaran kanalendran solo
seperti layaknya seorang raja dan ratu. Pengantin pria memakai baju hitam beskap bludru lengkap
dengan keris dan kuluk (topi tinggi khas raja jawa), atau jika terpaksa seperti
tinggi badan yang lebih dan tidak seimbang dengan pengantin wanita maka ia
menggunakan blangkon. Hiasan tambahan yang dikenakannya adalah dasi kupu-kupu,
kalung dan bros dari roncen bunga melati. Pengantin wanita juga memakai baju
bludru solo putri dengan gelungan dan hiasan rangkaian bunga melati di rambut
dan tiba dada (roncen melati yang menjuntai dari gelungan rambut terus ke dada)
di dada sebelah kiri. Nuansa gebyar “menyala” (warna mencolok) dan mewah
biasanya sangat nampak untuk membedakan pengantin dengan yang lainnya. Pakaian
orang tua (ayah) kedua pengantin adalah pakaian kejawen berupa beskap lengkap
dengan angkin sabuk dan kerisnya. Kain (jarit) adalah motif truntum yang
bermakna harapan masa depan yang cerah. Pakaian ibu pengantin adalah kebaya
dengan angkin slindur. Kain yang dipakai sama dengan para bapak, yakni motif
truntum. Ketika acara resepsi berlangsung dilakukan kirab temanten dan
selanjutnya rombongan berjalan menuju ruang ganti untuk lukar busana (ganti
pakaian) yang bernuansa mataraman dan lebih santai. Seluruh “rombongan” yang
terdiri dari patah domas manggolo dan kedua pasang bapak-ibu turut berganti
pakaian dan menyesuaian dengan corak yang dipakai kedua pengantin.
9. Musik kebogiro dan syrakalan Dengan lantunan musik
kebogiro yang dipergunakan mengiringi keseluruhan prosesi ritual adat
diharapkan menambah kehidmatan dan kesakralannya. Pemilihan musik “kebogiro
kedu” merupakan “bedah rangkah” atau pembuka acara selamatan atau resepsi. Disamping itu musik syrakalan sering pula
diperdengarkan untuk menggantikan kebogiro atau diperdengarkan sebelum
kebogiro. modin,
dan praktisi dekor yang memahami makna-makna tersebut. Pemahaman yang baik ini
pada gilirannya akan memberikan tuntunan yang cukup bagi kedua mempelai dan
masyarakat dalam mengarungi kehidupan keluarga.
2.3Pemikiran Masyarakat Sekarang
Sebagian besar masyarakat yang
dulunya melakukan pernikahan dengan tradisi adat jawa sekarang malah enggan
melakukan pernikahan menggunakan tradisi adat jawa dikarenakan banyaknya
beberapa faktor, diantaranya uang yang harus dikeluarkan lebih banyak, waktu
yang diperlukan lama untuk menjalani prosesi pernikahan dengan banyaknya tradisi,
dan juga masalah aurat perempuan yang harus tertutup. Karena faktor-faktor
tersebut sebagian besar masyarakat tetap memilih melakukan pernikahan dengan
adat jawa namun tidak secara keseluruhan semua prosesi dilakukan.
Dengan munculnya anggapan seperti itu
menyebabkan tradisi adat yang semula sering dilakukan menjadi tidak dilakukan
lagi. Hal tersebut menyebabkan hampir punahnya tradisi-tradisi yang menarik
tersebut, terlebih lagi makna yang terkandung didalamnya merupakan pesan dan
moral yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Kita sebagai generasi muda
harus melestarikan kebudayaan Jawa kita ini. Bagi yang beragama islam bisa
tetap melakukan pernikahan dengan adat Jawa tanpa membuka aurat dengan
modifikasi yang sedemikian rupa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan banyaknya tradisi tersebut kita tahu bahwa masyarakat Jawa memiliki
banyak ritual-ritual yang menarik dan bermakna bagi “manten” yang akan menempuh
hidup baru. Dan sekarang jaman sudah modern, bagi masyarakat muslim yang tetap
ingin melakukan prosesi pernikahan menggunakan adat Jawa pun tetap bisa
melakukannya dengan memodifikasikannya.
3.2 Saran
Masyarakat sekarang bisa melakukan tradisi tanpa melepas hijab yaitu dengan
memodifikasikan hijab dibentuk serupa berbentuk konde. Sehingga akan tampak
seperti menggunakan konde yang terbuat dari rambut palsu atau sintetis namun
sebenarnya itu merupakan modifikasian
berupa kain hijab yang dimodifikasi seperti konde.
Sumber:
- http://yuni-1991-adatbudayajawa.blogspot.co.id/2011/12/simbol-simbol-hiasan-dan-maknanya.html
- http://rindryantika.blogspot.co.id/2013/05/susunan-tata-cara-pernikahan-adat-jawa.html
- http://azharmind.blogspot.co.id/2012/12/tahapan-perkawinan-adat-jawa.html
- http://bit.ly/fxzulu
- http://azharmind.blogspot.com/2012/12/tahapan-perkawinan-adat-jawa.html#ixzz3uGIIoh3g
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)
BalasHapusMenikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.