Sejarah Tiongkok
Ø Prasejarah
Negara Tiongkok atau China adalah salah satu negara yang
mempunyai sejarah kebudayan paling penting di dunia. Hal tersebut di karenakan
negara China atau Tiongkok merupakan negara yang mempunyai kebudayaan tertua di
dunia. Hal tersebut di buktikan pada penemuan-penemuan arkeologi dan
antropologi yang ditemukan di daerah Tiongkok. Berdasarkan penemuan yang telah
ditemukan peradaban negara Tiongkok dimulai dari daratan lembah Sungai Kuning
pada zaman Neolitikum. Pada masa tersebut manusia purba telah memulai memproduksi
makanan sendiri dengan bercocok tanam dan tinggal menetap. Pada masa itu pula
masa bercocok tanam mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan masa bercocok
tanam para manusia purba yang tinggal menetap mulai mengalami peningkatan
populasi. Mereka juga sudah mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
mendistribusikan hasil panen. Di samping itu pada masa ini manusia purba
sebagai pengrajin dan pengelola telah terciptakan. Pada akhir zaman Neolitikum
Lembah Sungai Kuning mulai menjadi pusat kebudayaan dengan penemuan arkeologis
signifikan yang di temukan di Banpo Xi’an.
Sejarah lain menyebutkan bahwa manusia purba Homo erectus
telah mendiami daerah Tiongkok sejak zaman Paleotikum lebih dari satu juta
tahun yang lalu. Terbukti dari penemuan peralatan batu yang ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun. Situs arkeologi Xihoudu di
provinsi Shanxi menunjukkan
catatan awal
penggunaan api oleh manusia purba Homo
erectus, yang berumur 1,27 juta tahun yang lalu. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan
permukiman yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Tiongkok
adalah Manusia
Peking yang ditemukan pada tahun 1965. Dapat diambil kesimpulan
bahwa di Tiongkok sudah terdapat sebuah kebudayaan yang terjadi sebelum zaman
Neolitikum.
Ø Zaman Kuno
Pada zaman kuno pemerintahan di Tiongkok berbentuk
dinasti. Berikut ini adalah beberapa Dinasti yang pernah memerintah Tiongkok:
1. Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)
Dinasti Xia merupakan dinasti pertama yang diceritakan
dalam catatan sejarah seperti Catatan Sejarah Agung dan Sejarah Bambu. Dinasti
ini didirikan oleh Yu yang Agung. Menurut kronologi tradisional berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 2205-1766 SM, sedangkan
menurut Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah antara 1989-1558
SM. Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou (PK XSZ) yang
diselenggarakan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070-1600 SM.
2. Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)
Menurut
sumber tradisional dinasti Shang adalah dinasti pertama Tiongkok. Menurut kronologi berdasarkan
perhitungan Liu Xin,
dinasti ini berkuasa antara 1766-1122 SM, sedangkan menurut Sejarah
Bambu adalah antara 1556-1046 SM. Hasil
dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah
antara 1600-1046 SM. Informasi
langsung tentang dinasti ini berasal dari inskripsi pada artefak perunggu dan tulang
orakel serta dari Catatan Sejarah Agung
(Shiji) karya Sima Qian.
Berdasarkan temuan arkeologi yang
sudah di temukan pemerintahan dinasti Shang terbagi menjadi dua masa periode.
Periode awal 1600-1300 SM dan periode kedua 1300-1046 SM. Dinasti Shang
diperintah oleh 31 raja, dari Raja Tang sampai dengan raja terakhir Raja Zhou.
Masyarakat pada masa ini telah mempercayai dewa-dewa. Mereka juga percaya jika
leluhur mereka yang sudah meninggal akan menjadi dewa.
3. Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM)
Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Tiongkok yang
menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046-256 SM. Dinasti
ini tumbuh dari peradaban lembah Sungai Kuning, di
sebelah barat Dinasti Shang.
Penguasa Zhou, Wu Wang,
berhasil mengalahkan Dinasti Shang pada Pertempuran Muye. Pada
masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep "Mandat Langit" sebagai
legitimasi pergantian kekuasaan, dan konsep ini seterusnya berpengaruh
pada hampir setiap pergantian dinasti di Tiongkok. Ibukota Zhou awalnya berada
di wilayah barat, yaitu dekat kota Xi'an modern
sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian ekspansi ke arah lembah Sungai
Yangtze. Dalam sejarah Tiongkok, ini menjadi awal dari
migrasi-migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan.
4. Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722 SM-476 SM)
Pada sekitar abad ke-8
SM, telah terjadi desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur, yang diberi nama berdasarkan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur). Pada zaman ini,
pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya dan
berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke
timur, yaitu ke Luoyang. Ini menandai fase kedua Dinasti Zhou, yaitu Zhou Timur. Ratusan negara bermunculan, beberapa di antaranya
hanya seluas satu desa, dengan penguasa setempat memegang kekuasaan politik
penuh dan kadang menggunakan gelar kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat
Tiongkok berkembang pada zaman ini,
berikut adalah beberapa gerakan intelektual seperti Konfusianisme, Taoisme, Legalisme, dan Mohisme.
5. Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)
Setelah terjadi berbagai
konsolidasi politik, tersisa tujuh
negara terkemuka yang masih bisa bertahan
pada akhir abad ke-5
SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari Dinasti Zhou sampai
256 SM, namun ia hanya seorang pemimpin nominal yang tidak memiliki kekuasaan
yang nyata. Pada masa itu, daerah tetangga dari negara-negara yang berperang
juga ditaklukkan dan menjadi wilayah baru, antara lain Sichuan dan Liaoning yang
kemudian diatur di bawah
sistem administrasi lokal baru
berupa commandery dan prefektur .Negara Qin berhasil
menyatukan ketujuh negara yang ada, serta melakukan ekspansi ke wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong,
dan Guangxi pada
214 SM. Periode saat negara-negara saling berperang hingga penyatuan seluruh
Tiongkok oleh Dinasti
Qin pada tahun 221 SM,
dikenal dengan nama "Periode
Negara Perang", yaitu penamaan yang diambil dari nama karya
sejarah “Zhan Guo Ce” yang berarti Strategi
Negara Berperang.
Ø Zaman Kekaisaran
1. Dinasti Qin (221 SM–206 SM)
Dinasti Qin berhasil
menyatukan Tiongkok yang terpecah menjadi beberapa kerajaan pada Periode Negara Perang melalui serangkaian penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain,
dengan penaklukan terakhir adalah terhadap kerajaan Qi sekitar tahun 221 SM. Qin Shi Huang dinobatkan menjadi kaisar pertama
Tiongkok. Dinasti ini terkenal dengan mengawali pembangunan Tembok
Besar Tiongkok yang belakangan diselesaikan oleh Dinasti Ming serta
peninggalan Terakota di
makam Qin Shi Huang.
Beberapa
kontribusi besar Dinasti Qin, yaitu terbentuknya konsep pemerintahan terpusat,
penyatuan undang-undang hukum, diterapkannya bahasa tertulis, satuan
pengukuran, dan mata uang bersama di seluruh Tiongkok, setelah berlalunya masa-masa
kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur.
2. Dinasti Han (206 SM–220)
Dinasti
Han didirikan oleh Liu Bang,
seorang petani yang memimpin pemberontakan rakyat dan meruntuhkan dinasti
sebelumnya, Dinasti
Qin, pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan Dinasti Han
terbagi menjadi dua periode yaitu Dinasti Han Barat (206
SM-9 M) dan Dinasti Han Timur (23-220
M) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9-23
M).
Kaisar Wu (Han
Wudi) berhasil mengeratkan persatuan dan memperluas kekaisaran Tiongkok dengan
mendesak bangsa Xiongnu (sering disamakan dengan bangsa Hun) ke
arah stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan
demikian mereka dapat merebut
wilayah-wilayah Gansu, Ningxia,
dan Qinghai. Hal
tersebut menyebabkan terbukanya perdagangan antara Tiongkok dan Eropa melalui Jalur Sutra.
Jenderal Ban Chao dari Dinasti Han bahkan memperluas penaklukannya melintasi
pegunungan Pamir sampi ke Laut Kaspia.
3. Zaman Tiga Negara (220–280)
3. Zaman Tiga Negara (220–280)
Zaman Tiga Negara (Wei, Wu,
dan Shu) adalah
suatu periode perpecahan Tiongkok yang berlangsung setelah hilangnya
kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara
umum periode ini dianggap berlangsung sejak pendirian Wei (220) hingga
penaklukan Wu oleh Dinasti
Jin (280), walau
banyak sejarawan Tiongkok yang menganggap bahwa periode ini berlangsung
sejak Pemberontakan Serban Kuning (184). Zaman
ini adalah salah satu era yang paling terkenal dalam sejarah Tiongkok,
disebabkan karena popularitas roman sejarah Kisah Tiga Negara (Samkok)
yang telah diadaptasi dalam berbagai format oleh
berbagai negara.
4. Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420)
4. Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420)
Tiongkok berhasil dipersatukan untuk sementara
waktu pada tahun 280 oleh Dinasti
Jin. Meskipun demikian, kelompok etnis di luar suku Han (Wu Hu) masih
menguasai sebagian besar wilayah pada awal abad ke-4 dan
menyebabkan migrasi besar-besaran suku Han ke selatan Sungai Yangtze. Bagian
utara Tiongkok terpecah menjadi negara-negara kecil yang membentuk suatu era
turbulen yang dikenal dengan Zaman Enam
Belas Negara (304 - 469).
5. Dinasti Utara dan Selatan (420–589)
Menyusul keruntuhan Dinasti Jin Timur pada
tahun 420,
Tiongkok memasuki era Dinasti Utara dan Selatan. Zaman
ini merupakan masa perang saudara dan
perpecahan politik, walaupun juga merupakan masa berkembangnya seni dan budaya,
kemajuan teknologi, serta
penyebaranAgama
Buddha dan Taoisme.
6. Dinasti Sui (589–618)
Setelah hampir empat abad perpecahan, Dinasti Sui berhasil
mempersatukan kembali Tiongkok pada tahun 589 dengan
penaklukan Yang Jian,
pendiri Dinasti Sui, terhadap Dinasti Chen di
selatan. Periode kekuasaan dinasti ini ditandai dengan pembangunan Terusan
Besar Tiongkok dan pembentukan banyak lembaga pemerintahan
yang nantinya akan diadopsi oleh Dinasti Tang.
7. Dinasti Tang (618–907)
Pada 18 Juni 618, Li Yuan naik
tahta dan memulai era Dinasti Tang yang
menggantikan Dinasti
Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan
perkembangan seni dan teknologi Tiongkok. Agama Buddha menjadi
agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan. Sejak
tahun 860 Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena
munculnya pemberontakan-pemberontakan.
8. Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907–960)
Antara tahun 907 sampai 960, sejak
runtuhnya Dinasti
Tang sampai berkuasanya Dinasti Song, telah terjadi
suatu periode perpecahan politik yang dikenal sebagai Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara. Pada
masa yang singkat ini, lima dinasti (Liang, Tang, Jin, Han, dan Zhou) secara
bergantian menguasai jantung wilayah kerajaan lama di utara Tiongkok. Pada saat
yang bersamaan, sepuluh negara kecil lain (Wu, Wuyue, Min, Nanping, Chu, Tang
Selatan, Han Selatan, Han Utara, Shu Awal, dan Shu Akhir) berkuasa di selatan
dan barat Tiongkok.
9.
Dinasti Song, Liao,
Jin, serta Xia Barat (960-1279)
Antara tahun 960 hingga 1279,
Tiongkok dikuasai oleh beberapa dinasti. Pada
tahun 960, Dinasti
Song (960-1279) yang beribu kota di Kaifeng menguasai
sebagian besar Tiongkok dan mengawali suatu periode kesejahteraan ekonomi.
Wilayah Manchuria (sekarang
dikenal dengan Mongolia)
dikuasai oleh Dinasti
Liao (907-1125) yang
selanjutnya digantikan oleh Dinasti
Jin (1115-1234).
Sementara itu, wilayah barat laut Tiongkok yang sekarang dikenal dengan
provinsi-provinsi Gansu, Shaanxi,
dan Ningxia dikuasai
oleh Dinasti Xia Barat antara
tahun 1032 hingga 1227.
10. Dinasti Yuan (1279–1368)
Antara tahun 1279 hingga
tahun 1368,
Tiongkok dikuasai oleh Dinasti Yuan yang
berasal dari Mongolia dan
didirikan oleh Kublai
Khan. Dinasti ini menguasai Tiongkok setelah berhasil
meruntuhkan Dinasti
Jin di utara sebelum bergerak ke selatan dan
mengakhiri kekuasaanDinasti
Song. Dinasti ini adalah dinasti pertama yang
memerintah seluruh Tiongkok dari ibu kota Beijing.
Sebelum
invasi bangsa Mongol, laporan dari dinasti-dinasti Tiongkok memperkirakan terdapat sekitar
120 juta penduduk namun setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun
1279, sensus tahun 1300 menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk. Demikian
pula pada pemerintahan Dinasti Yuan terjadi epidemi abad ke-14 berupa wabah
penyakit pes (Kematian
Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30% populasi
Tiongkok saat itu.
11. Dinasti Ming (1368–1644)
Sepanjang
masa kekuasaan Dinasti
Yuan, terjadi penentangan yang cukup kuat terhadap
kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini, ditambah sering
timbulnya bencana
alam sejak 1340-an,
akhirnya menimbulkan pemberontakan
petani yang menumbangkan kekuasaan Dinasti
Yuan. Zhu
Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah
berhasil mengusir Dinasti Yuan pada tahun 1368.
Tahun
1449, Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat melakukan penyerangan ke wilayah
Tiongkok utara, dan bahkan sampai berhasil menawan Kaisar Zhengtong di
Tumu. Tahun 1542, Altan Khan memimpin bangsa Mongol terus-menerus mengganggu
perbatasan utara Tiongkok, dan pada tahun 1550 ia berhasil menyerang sampai ke
pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming juga menghadapi serangan bajak
laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara Tiongkok, peranan Jenderal Qi Jiguang sangat
penting dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut. Suatu gempa bumi
terdasyat di dunia, gempa bumi
Shaanxi tahun 1556, diperkirakan telah menewaskan
sekitar 830.000 penduduk, yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Jiajing.
Selama
masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok
Besar Tiongkok selesai dilaksanakan, sebagai usaha
perlindungan bagi Tiongkok atas invasi dari bangsa-bangsa asing. Meskipun
pembangunannya telah dimulai pada masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar
tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh
Dinasti Ming. Bangunan bata dan granit telah diperluas, menara pengawas
dirancang-ulang, serta meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.
12. Dinasti
Qing (1644–1911)
Dinasti Qing ( 1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir Han Tiongkok, oleh suku Manchu dari sebelah timur laut Tiongkok pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan dinasti feodal terakhir yang
memerintah Tiongkok. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam periode
penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644). Bangsa Manchu kemudian
mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam
pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang dilaksanakan oleh pemerintahan
dinasti-dinasti Han sebelumnya.
Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga wilayah Tiongkok sempat jatuh dalam
kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan keagamaan kuasi-Kristen yang
dipimpin Hong Xiuquan . Setelah empat belas tahun, barulah pemberontakan tersebut
berhasil dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga
tahun 1864. Kematian yang terjadi selama 15 tahun pemberontakan
tersebut diperkirakan mencapai 20 juta penduduk.
Beberapa pemberontakan yang
memakan korban jiwa dan harta yang lebih besar kemudian terjadi, yaitu Perang
Suku Punti-Hakka, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Minoritas Hui,
Pemberontakan Panthay, dan Pemberontakan Boxer. Dalam banyak hal, pemberontakan-pemberontakan
tersebut dan perjanjian
tidak adil yang berhasil dipaksakan oleh kekuatan
imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda ketidakmampuan
Dinasti Qing dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul pada abad
ke-19.
Ø Zaman Moderen
Rasa
frustrasi karena penolakan Dinasti Qing untuk
melakukan reformasi serta karena kelemahan Tiongkok terhadap negara-negara
lain, membuat timbulnya revolusi yang
terinspirasi oleh ide-ide Sun Yat-sen untuk
menghapuskan sistem kerajaan dan
menerapkan system republik di
Tiongkok. Pada tanggal 12 Februari 1912, kaisar
terakhir Qing, Kaisar Xuantong turun
tahta, menyusul Revolusi Xinhai. Sebulan
setelahnya, pada 12 Maret 1912, Republik Tiongkok didirikan
dengan Sun Yat-sen sebagai presiden pertamanya.
Pada
tahun 1928,
setelah konflik berkepanjangan antara panglima-panglima perang yang
terjadi antara 1916-1928, sebagian
besar Tiongkok dipersatukan di bawah Kuomintang (KMT)
oleh Chiang
Kai-shek. Sementara itu, Partai
Komunis Tiongkok (PKT) yang berhaluan komunis mulai
juga menancapkan pengaruhnya dan menjadi pesaing utama Kuomintang yang
menimbulkan Perang
Saudara Tiongkok.
Kedua
partai Tiongkok ini secara nominal sempat bersatu dalam menghadapi pendudukan
Jepang yang dimulai tahun 1937, yaitu selamaPerang Tiongkok-Jepang (1937-1945) yang
merupakan bagian Perang Dunia II.
Mengikuti kekalahan Jepang tahun 1945, permusuhan KMT dan PKT berlanjut kembali
setelah usaha-usaha rekonsiliasi dan negosiasi gagal mencapai kesepakatan.
Di akhir Perang Dunia II tahun
1945 sebagai bagian dari penyerahan kekuasaan Jepang, pasukan Jepang di Taiwan
menyerah kepada pasukan Republik Tiongkok di bawah Chiang Kai-shek yang
memegang kendali atas Taiwan. Konflik antara partai-partai Tiongkok yang
dimulai sejak 1927 berakhir secara tak resmi dengan pengunduran diri Kuomintang
ke Taiwan pada tahun 1949 dan menjadikan Partai Komunis Tiongkok sebagai penguasa tunggal di
Tiongkok Daratan. Sampai sekarang, pemerintah yang memerintah Taiwan
masih menggunakan nama resmi "Republik Tiongkok" walaupun secara umum
dikenal dengan nama "Taiwan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar