Selasa, 22 Maret 2016

Karakteristik Masyarakat Tiongkok

          Karakteristik Masyarakat Tiongkok
Berbicara mengenai karakteristik pastinya membicarakan mengenai kekhasan sesuatu, entah itu tempat, orang, benda dan lain-lain. Jika mengenai karakteristik seseorang, maka karakteristik tidak hanya apa yang terlihat dari luar, tapi karakteristik juga bisa muncul dari dalam jiwa seseorang. Itu terjadi karena berbagai faktor. Bisa karena lingkungan tempat tinggal, kebiasaan dan lainnya.
Berikut saya mengambil contoh karakteristik orang China. Disini saya membagi karakter-karakter orang China menjadi beberapa bagian diantaranya:
a.  Karakteristik orang China berdasarkan fisik
1.    Merupakan keturunan ras asiatic mongoloid.
2.   Berambut hitam dan cenderung lurus.
3.   Berbulu badan sedikit.
4.   Bibir tipis.
5.   Hidung sedang.
6.   Bermata sipit.
7.   Mempunyai warna kulit putih kekuning-kuningan (pucat).
8.   Rata-rata tinggi badan 155cm-165cm.

b.  Karakteristik orang China dalam kehidupan sehari-hari
1.    Pandai memanfaatkan waktu.
2.   Memiliki etos kerja yang bagus.
3.   Selalu ingin mencapai kesempurnaan.
4.   Jujur, apa adanya.
5.   Berkomitmen.
6.   Selalu mencoba (pantang menyerah).
7.   Tidak mengenal rasa rendah diri.
8.   Mencintai budayanya sendiri meskipun mereka hidup di luar negara mereka.

c.  Karakteristik orang China dalam pemerintahan
Dulunya sistem pemerintahan China adalah berbentuk dinasti. Namun seiring berjalannya waktu, sistem pemerintahan tersebut sudah tidak digunakan. Sekarang negara China menganut paham komunis dengan kontrol yang ketat oleh warganya. Adapun ciri-ciri pemerintahan China sebagai berikut.
1.    Bentuk negara kesatuan yang terdiri dari 23 provinsi.
2.   Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi komunis.
3.   Kepala negara adalah presiden, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana menteri. presiden dipilih oleh kongres rakyat nasional dengan masa jabatan 5 tahun.
4.   Menggunakan sistem unikameral, yaitu kongres rakyat nasional (national people's congress atau guanguo renmin daibiao dahui) anggotanya merupakan perwakilan dari wilayah, daerah, kota, dan provinsi untuk masa jabatan 5 tahun.
5.    Lembaga negara tertinggi adalah kongres rakyat nasional yang bertindak sebagai badan legislate.
6. Kekuasaan yudikatif (badan kehakiman) terdiri dari : supreme people's court, local people's court, dan spacial people's court.

d.  Karakteristik orang China berdasarkan agama yang dianut
Rata-rata dari mereka masih mempercayai dengan dewa-dewa. Mayoritas dari mereka adalah konghuchu.
1.    Buddha
Agama buddha mulai menyebar ke Tiongkok dari abad pertama dan mulai menyebar luas lagi pada abad ke empat.
2.   Dao atau Konghuchu
Disini mereka memuja alam dan nenek moyang mereka.
3.   Islam
Islam masuk ke China pada abad ke-7 M.
4.   Katolik.
5.   Kristen.

e.  Karakteristik orang China dalam ekonomi
Sudah dari dulu masyarakat Tiongkok terkenal dalam bidang ekonomi. Mereka menganut sisitem ekonomi pasar. Bagaimana masyarakat Tiongkok bisa menjadi negara yang sistem perekonomiannya bagus? Berikut adalah beberapa sofat orang Tiongkok dalam dunia bisnis:
1.    Pintar melihat dan menemukan peluang usaha
Mereka tau kapan harus mulai melakukan usaha, dan tau apa yang akan diusahakan.
2.   Rajin dan disiplin
Mereka dalam bekerja sangat rajin dan disiplin, tidak heran jika usaha yang mereka jalankan menjadi sukses.
3.   Pandai menyesuaikan diri
Mereka tau apa yang harus di jual dan tau untuk siapa sasarannya.
4.   Teliti dalam pembukaan
Mereka adalah orang yang sangat teliti dalam mengerjakan sesuatu. Jika mereka menemukan satu kesalahan, maka mereka akan memperbaikinya. Ini karena mereka menginginkan sesuatu yang sempurna.
5.   Cermat dan hemat dalam mengelola makanan
Meskipun mereka sukses dalam dunia usaha, mereka tidak akan hidup berfoya-foya. Mereka akan makan dan membeli sesuatu sesuai kebutuhan mereka, bukan apa keinginan mereka.
6.   Berani memulai usaha dan kompetitif
Sekali mereka terjun kedalam dunia wirausaha, mereka tidak akan memberikan yang tanggung-tanggung, mereka akan memberikan semuanya yang mereka bisa secara maksimal
7.   Tidak gengsian
Mereka tidak termakan oleh jaman. Banyak diantara mereka yang hidup sederhana namun mereka kaya. Itu karena mereka tidak gengsian. Mereka menggunakan sesuatu itu berdasarkan kegunaan atau manfaat yang mereka butuhkan. Bukan karena bagus rupanya dan berharga mahal.

f.  Berikut adalah karakteristik orang China yang hidup di luar negara mereka
Karena padatnya penduduk di Tiongkok membuat banyak warganya melakukan migrasi. Mereka melakukan migrasi hampir keseluruh dunia. Hampir disetiap negara memiliki China Town, yaitu daerah tempat tinggal khusus yang ditinggali oleh orang-orang China di luar negara China. Jika mereka melakukan migrasi tentulah mereka harus pandai-pandai menyesuaikan diri dalam lingkungan yang berbeda dengan negara asalnya. Mereka harus mengabdi pada negara baru yang ditinggalinya. Seperti mereka mengabdi pada negaranya sendiri. Hal ini menjadi salah satu sebab karakteristik seseorang bisa muncul. Dengan mereka yang pandai menyesuaikan diri lama kelamaan mereka akan terbiasa dengan keadaan sekitar. Karena kebiasaan tersebut sering dilakukan dapat menyebabkan identitas diri yang asli hilang. Sebagai contohnya adalah orang-orang Tiongkok yang hidup di Indonesia. Di Indonesia mereka disebut sebagai warga Tionghoa. Warga Tionghoa di Indonesia sudah berbeda dengan yang berada di Tiongkok. Seperti warna khas kulit mereka yang putih kemerah-merahan sudah berubah menjadi putih kekuning-kuningan. Hal ini terjadi karena letak geografis yang berbeda yang menyebabkan musim yang berbeda pula. Hal tersebut juga bisa terjadi karena perkawinan campuran antara ras asiatic mongoloid dengan ras malayan mongoloid.
Mereka tidak sepenuhnya meninggalkan kebiasaan mereka di Tiongkok. Seperti contohnya, mereka tetap melakukan imlek meskipun tidak berada di Tiongkok. Selebihnya mereka lebih mewarisi karakteristik asli mereka. Terbukti di Indonesia jika perdagangan orang Tionghoa bisa menguasai beberapa wilayah di Indonesia. Seperti di Purwokerto, disini terdapat banyak pedagang  orang Tionghoa.

Sumber:

e.      WHEN CHINA RULES THE WORLD (KETIKA CHINA MENGUASAI DUNIA)

Selasa, 15 Maret 2016

ENSIKLOPEDI TENTANG SEJARAH TIONGKOK

Sejarah Tiongkok
Ø Prasejarah
Negara Tiongkok atau China adalah salah satu negara yang mempunyai sejarah kebudayan paling penting di dunia. Hal tersebut di karenakan negara China atau Tiongkok merupakan negara yang mempunyai kebudayaan tertua di dunia. Hal tersebut di buktikan pada penemuan-penemuan arkeologi dan antropologi yang ditemukan di daerah Tiongkok. Berdasarkan penemuan yang telah ditemukan peradaban negara Tiongkok dimulai dari daratan lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Pada masa tersebut manusia purba telah memulai memproduksi makanan sendiri dengan bercocok tanam dan tinggal menetap. Pada masa itu pula masa bercocok tanam mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan masa bercocok tanam para manusia purba yang tinggal menetap mulai mengalami peningkatan populasi. Mereka juga sudah mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan mendistribusikan hasil panen. Di samping itu pada masa ini manusia purba sebagai pengrajin dan pengelola telah terciptakan. Pada akhir zaman Neolitikum Lembah Sungai Kuning mulai menjadi pusat kebudayaan dengan penemuan arkeologis signifikan yang di temukan di Banpo Xi’an.
Sejarah lain menyebutkan bahwa manusia purba Homo erectus telah mendiami daerah Tiongkok sejak zaman Paleotikum lebih dari satu juta tahun yang lalu. Terbukti dari penemuan peralatan batu yang ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun. Situs arkeologi Xihoudu di provinsi Shanxi menunjukkan catatan awal penggunaan api oleh manusia purba Homo erectus, yang berumur 1,27 juta tahun yang lalu. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan permukiman yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Tiongkok adalah Manusia Peking yang ditemukan pada tahun 1965. Dapat diambil kesimpulan bahwa di Tiongkok sudah terdapat sebuah kebudayaan yang terjadi sebelum zaman Neolitikum.

Ø Zaman Kuno

Pada zaman kuno pemerintahan di Tiongkok berbentuk dinasti. Berikut ini adalah beberapa Dinasti yang pernah memerintah Tiongkok:
1.      Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)
Dinasti Xia merupakan dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan sejarah seperti Catatan Sejarah Agung dan Sejarah Bambu. Dinasti ini didirikan oleh Yu yang Agung. Menurut kronologi tradisional berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 2205-1766 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu, pemerintahan dinasti ini adalah antara 1989-1558 SM. Menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou (PK XSZ) yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1996, dinasti ini berkuasa antara 2070-1600 SM.
2.      Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM)
Menurut sumber tradisional  dinasti Shang adalah dinasti pertama Tiongkok. Menurut kronologi berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766-1122 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556-1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah antara 1600-1046 SM. Informasi langsung tentang dinasti ini berasal dari inskripsi pada artefak perunggu dan tulang orakel serta dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya Sima Qian.
Berdasarkan temuan arkeologi yang sudah di temukan pemerintahan dinasti Shang terbagi menjadi dua masa periode. Periode awal 1600-1300 SM dan periode kedua 1300-1046 SM. Dinasti Shang diperintah oleh 31 raja, dari Raja Tang sampai dengan raja terakhir Raja Zhou. Masyarakat pada masa ini telah mempercayai dewa-dewa. Mereka juga percaya jika leluhur mereka yang sudah meninggal akan menjadi dewa.
3.      Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM)
Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Tiongkok yang menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046-256 SM. Dinasti ini tumbuh dari peradaban lembah Sungai Kuning, di sebelah barat Dinasti Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil mengalahkan Dinasti Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep "Mandat Langit" sebagai legitimasi pergantian kekuasaan, dan konsep ini seterusnya berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di Tiongkok. Ibukota Zhou awalnya berada di wilayah barat, yaitu dekat kota Xi'an modern sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian ekspansi ke arah lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Tiongkok, ini menjadi awal dari migrasi-migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan.


4.      Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722 SM-476 SM)
Pada sekitar abad ke-8 SM, telah terjadi desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur, yang diberi nama berdasarkan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur). Pada zaman ini, pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya dan berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur, yaitu ke Luoyang. Ini menandai fase kedua Dinasti Zhou, yaitu Zhou Timur. Ratusan negara bermunculan, beberapa di antaranya hanya seluas satu desa, dengan penguasa setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang menggunakan gelar kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat Tiongkok berkembang pada zaman ini, berikut adalah beberapa gerakan intelektual seperti KonfusianismeTaoismeLegalisme, dan Mohisme.
5.      Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)
Setelah terjadi berbagai konsolidasi politik, tersisa tujuh negara terkemuka yang masih bisa bertahan pada akhir abad ke-5 SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari Dinasti Zhou sampai 256 SM, namun ia hanya seorang pemimpin nominal yang tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada masa itu, daerah tetangga dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan dan menjadi wilayah baru, antara lain Sichuan dan Liaoning yang kemudian diatur di bawah sistem administrasi lokal baru berupa commandery dan prefektur .Negara Qin berhasil menyatukan ketujuh negara yang ada, serta melakukan ekspansi ke wilayah ZhejiangFujianGuangdong, dan Guangxi pada 214 SM. Periode saat negara-negara saling berperang hingga penyatuan seluruh Tiongkok oleh Dinasti Qin pada tahun 221 SM, dikenal dengan nama "Periode Negara Perang", yaitu penamaan yang diambil dari nama karya sejarah Zhan Guo Ce  yang berarti Strategi Negara Berperang.

Ø Zaman Kekaisaran

1.      Dinasti Qin (221 SM–206 SM)
Dinasti Qin berhasil menyatukan Tiongkok yang terpecah menjadi beberapa kerajaan pada Periode Negara Perang melalui serangkaian penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan penaklukan terakhir adalah terhadap kerajaan Qi sekitar tahun 221 SMQin Shi Huang dinobatkan menjadi kaisar pertama Tiongkok. Dinasti ini terkenal dengan mengawali pembangunan Tembok Besar Tiongkok yang belakangan diselesaikan oleh Dinasti Ming serta peninggalan Terakota di makam Qin Shi Huang.
Beberapa kontribusi besar Dinasti Qin, yaitu terbentuknya konsep pemerintahan terpusat, penyatuan undang-undang hukum, diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata uang bersama di seluruh Tiongkok, setelah berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur.
2.      Dinasti Han (206 SM–220)
Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan rakyat dan meruntuhkan dinasti sebelumnya, Dinasti Qin, pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan Dinasti Han terbagi menjadi dua periode yaitu Dinasti Han Barat (206 SM-9 M) dan Dinasti Han Timur (23-220 M) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9-23 M).
Kaisar Wu (Han Wudi) berhasil mengeratkan persatuan dan memperluas kekaisaran Tiongkok dengan mendesak bangsa Xiongnu (sering disamakan dengan bangsa Hun) ke arah stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan demikian mereka dapat merebut wilayah-wilayah GansuNingxia, dan Qinghai. Hal tersebut menyebabkan terbukanya  perdagangan antara Tiongkok dan Eropa melalui Jalur Sutra. Jenderal Ban Chao dari Dinasti Han bahkan memperluas penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi ke Laut Kaspia.
3.    Zaman Tiga Negara (220–280)
Zaman Tiga Negara (WeiWu, dan Shu) adalah suatu periode perpecahan Tiongkok yang berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han. Secara umum periode ini dianggap berlangsung sejak pendirian Wei (220) hingga penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280), walau banyak sejarawan Tiongkok yang menganggap bahwa periode ini berlangsung sejak Pemberontakan Serban Kuning (184). Zaman ini adalah salah satu era yang paling terkenal dalam sejarah Tiongkok, disebabkan karena popularitas roman sejarah Kisah Tiga Negara (Samkok) yang telah diadaptasi dalam berbagai format oleh berbagai negara.
4.      Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420)
Tiongkok berhasil dipersatukan untuk sementara waktu pada tahun 280 oleh Dinasti Jin. Meskipun demikian, kelompok etnis di luar suku Han (Wu Hu) masih menguasai sebagian besar wilayah pada awal abad ke-4 dan menyebabkan migrasi besar-besaran suku Han ke selatan Sungai Yangtze. Bagian utara Tiongkok terpecah menjadi negara-negara kecil yang membentuk suatu era turbulen yang dikenal dengan Zaman Enam Belas Negara (304 - 469).
5.    Dinasti Utara dan Selatan (420–589)
Menyusul keruntuhan Dinasti Jin Timur pada tahun 420, Tiongkok memasuki era Dinasti Utara dan Selatan. Zaman ini merupakan masa perang saudara dan perpecahan politik, walaupun juga merupakan masa berkembangnya seni dan budaya, kemajuan teknologi, serta penyebaranAgama Buddha dan Taoisme.
6.    Dinasti Sui (589–618)
Setelah hampir empat abad perpecahan, Dinasti Sui berhasil mempersatukan kembali Tiongkok pada tahun 589 dengan penaklukan Yang Jian, pendiri Dinasti Sui, terhadap Dinasti Chen di selatan. Periode kekuasaan dinasti ini ditandai dengan pembangunan Terusan Besar Tiongkok dan pembentukan banyak lembaga pemerintahan yang nantinya akan diadopsi oleh Dinasti Tang.
7.      Dinasti Tang (618–907)
Pada 18 Juni 618Li Yuan naik tahta dan memulai era Dinasti Tang yang menggantikan Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan perkembangan seni dan teknologi Tiongkok. Agama Buddha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan. Sejak tahun 860 Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena munculnya pemberontakan-pemberontakan.
8.    Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907–960)
Antara tahun 907 sampai 960, sejak runtuhnya Dinasti Tang sampai berkuasanya Dinasti Song, telah terjadi suatu periode perpecahan politik yang dikenal sebagai Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara. Pada masa yang singkat ini, lima dinasti (Liang, Tang, Jin, Han, dan Zhou) secara bergantian menguasai jantung wilayah kerajaan lama di utara Tiongkok. Pada saat yang bersamaan, sepuluh negara kecil lain (Wu, Wuyue, Min, Nanping, Chu, Tang Selatan, Han Selatan, Han Utara, Shu Awal, dan Shu Akhir) berkuasa di selatan dan barat Tiongkok.
9.              Dinasti Song, Liao, Jin, serta Xia Barat (960-1279)
Antara tahun 960 hingga 1279, Tiongkok dikuasai oleh beberapa dinasti. Pada tahun 960, Dinasti Song (960-1279) yang beribu kota di Kaifeng menguasai sebagian besar Tiongkok dan mengawali suatu periode kesejahteraan ekonomi. Wilayah Manchuria (sekarang dikenal dengan Mongolia) dikuasai oleh Dinasti Liao (907-1125) yang selanjutnya digantikan oleh Dinasti Jin (1115-1234). Sementara itu, wilayah barat laut Tiongkok yang sekarang dikenal dengan provinsi-provinsi GansuShaanxi, dan Ningxia dikuasai oleh Dinasti Xia Barat antara tahun 1032 hingga 1227.
10.  Dinasti Yuan (1279–1368)
Antara tahun 1279 hingga tahun 1368, Tiongkok dikuasai oleh Dinasti Yuan yang berasal dari Mongolia dan didirikan oleh Kublai Khan. Dinasti ini menguasai Tiongkok setelah berhasil meruntuhkan Dinasti Jin di utara sebelum bergerak ke selatan dan mengakhiri kekuasaanDinasti Song. Dinasti ini adalah dinasti pertama yang memerintah seluruh Tiongkok dari ibu kota Beijing.
Sebelum invasi bangsa Mongol, laporan dari dinasti-dinasti Tiongkok memperkirakan terdapat sekitar 120 juta penduduk namun setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun 1279, sensus tahun 1300 menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk. Demikian pula pada pemerintahan Dinasti Yuan terjadi epidemi abad ke-14 berupa wabah penyakit pes (Kematian Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30% populasi Tiongkok saat itu.
11.  Dinasti Ming (1368–1644)
Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, terjadi penentangan yang cukup kuat terhadap kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini, ditambah sering timbulnya bencana alam sejak 1340-an, akhirnya menimbulkan pemberontakan petani yang menumbangkan kekuasaan Dinasti Yuan. Zhu Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah berhasil mengusir Dinasti Yuan pada tahun 1368.
Tahun 1449, Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat melakukan penyerangan ke wilayah Tiongkok utara, dan bahkan sampai berhasil menawan Kaisar Zhengtong di Tumu. Tahun 1542, Altan Khan memimpin bangsa Mongol terus-menerus mengganggu perbatasan utara Tiongkok, dan pada tahun 1550 ia berhasil menyerang sampai ke pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming juga menghadapi serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara Tiongkok, peranan Jenderal Qi Jiguang sangat penting dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut. Suatu gempa bumi terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxi tahun 1556, diperkirakan telah menewaskan sekitar 830.000 penduduk, yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Jiajing.
Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhir Tembok Besar Tiongkok selesai dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Tiongkok atas invasi dari bangsa-bangsa asing. Meskipun pembangunannya telah dimulai pada masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar tembok yang terlihat saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming. Bangunan bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.
12.  Dinasti Qing (1644–1911)
Dinasti Qing ( 16441911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir Han Tiongkok, oleh suku Manchu dari sebelah timur laut Tiongkok pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan dinasti feodal terakhir yang memerintah Tiongkok. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam periode penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644). Bangsa Manchu kemudian mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti Han sebelumnya.
Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga wilayah Tiongkok sempat jatuh dalam kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan . Setelah empat belas tahun, barulah pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tahun 1864. Kematian yang terjadi selama 15 tahun pemberontakan tersebut diperkirakan mencapai 20 juta penduduk.
Beberapa pemberontakan yang memakan korban jiwa dan harta yang lebih besar kemudian terjadi, yaitu Perang Suku Punti-Hakka, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Minoritas Hui, Pemberontakan Panthay, dan Pemberontakan Boxer. Dalam banyak hal, pemberontakan-pemberontakan tersebut dan perjanjian tidak adil yang berhasil dipaksakan oleh kekuatan imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda ketidakmampuan Dinasti Qing dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul pada abad ke-19.

Ø  Zaman Moderen
Rasa frustrasi karena penolakan Dinasti Qing untuk melakukan reformasi serta karena kelemahan Tiongkok terhadap negara-negara lain, membuat timbulnya revolusi yang terinspirasi oleh ide-ide Sun Yat-sen untuk menghapuskan sistem kerajaan dan menerapkan system republik di Tiongkok. Pada tanggal 12 Februari 1912, kaisar terakhir Qing, Kaisar Xuantong turun tahta, menyusul Revolusi Xinhai. Sebulan setelahnya, pada 12 Maret 1912, Republik Tiongkok didirikan dengan Sun Yat-sen sebagai presiden pertamanya.
Perbudakan di Tiongkok dihapuskan pada tahun 1910.
Pada tahun 1928, setelah konflik berkepanjangan antara panglima-panglima perang yang terjadi antara 1916-1928, sebagian besar Tiongkok dipersatukan di bawah Kuomintang (KMT) oleh Chiang Kai-shek. Sementara itu, Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berhaluan komunis mulai juga menancapkan pengaruhnya dan menjadi pesaing utama Kuomintang yang menimbulkan Perang Saudara Tiongkok.
Kedua partai Tiongkok ini secara nominal sempat bersatu dalam menghadapi pendudukan Jepang yang dimulai tahun 1937, yaitu selamaPerang Tiongkok-Jepang (1937-1945) yang merupakan bagian Perang Dunia II. Mengikuti kekalahan Jepang tahun 1945, permusuhan KMT dan PKT berlanjut kembali setelah usaha-usaha rekonsiliasi dan negosiasi gagal mencapai kesepakatan.

Di akhir Perang Dunia II tahun 1945 sebagai bagian dari penyerahan kekuasaan Jepang, pasukan Jepang di Taiwan menyerah kepada pasukan Republik Tiongkok di bawah Chiang Kai-shek yang memegang kendali atas Taiwan. Konflik antara partai-partai Tiongkok yang dimulai sejak 1927 berakhir secara tak resmi dengan pengunduran diri Kuomintang ke Taiwan pada tahun 1949 dan menjadikan Partai Komunis Tiongkok sebagai penguasa tunggal di Tiongkok Daratan. Sampai sekarang, pemerintah yang memerintah Taiwan masih menggunakan nama resmi "Republik Tiongkok" walaupun secara umum dikenal dengan nama "Taiwan".

ALTER EGO

“The Second of Me” Alter ego berasal dari bhasa latin yang berarti “aku yang kedua” atau “aku yang lain”. Alter ego merupakan penya...